Artikel Populer Bulan Ini
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kisah di Balik Impian Menjadi Pengusaha: Belajar dari Jatuh Bangun dan Inspirasi dari Para Ahli
Siapa di sini yang tidak ingin menjadi pengusaha sukses? Rasanya hampir semua orang akan mengangkat tangan jika ditanya. Namun, ternyata mewujudkan impian itu tak semudah mengucap kata "mau". Perjalanan menjadi pebisnis penuh liku, jauh berbeda dari bayangan yang seringkali terlihat mewah, penuh waktu luang.
Saya ingat betul setahun lalu, saya dan istri memberanikan diri membuka warung kopi. Kami punya ruko sendiri, tak perlu memikirkan biaya sewa. Lalu, muncullah seorang pemodal yang berjanji menutupi semua biaya renovasi dan investasi perlengkapan.
Segalanya tampak sempurna, sampai di tengah jalan, si pemodal tiba-tiba mengundurkan diri. Ruko sudah cantik, peralatan sudah siap, namun dana yang sudah terpakai diminta kembali, bahkan dengan ancaman pengacara.
Ini adalah momen krusial: melanjutkan atau berhenti? Setelah 9 bulan berjalan dengan segala pertimbangan dan kondisi yang ada, kami akhirnya memutuskan untuk menghentikan usaha warung kopi tersebut. Kami menyadari, modal ruko saja tidak cukup. Kami belum siap menghadapi biaya operasional harian yang tak terduga.
Sebuah pelajaran berharga bahwa menjadi pengusaha bukan hanya soal niat dan ide brilian, tetapi juga perhitungan yang matang, tepat, dan realistis. Konsep yang bagus tak akan berarti jika tidak didukung oleh pemahaman pasar dan pertimbangan komprehensif lainnya.
Pedagang vs. Pengusaha: Sebuah Refleksi Mindset
Seringkali muncul pertanyaan: apa bedanya pedagang dan pengusaha? Ada yang bilang berbeda, ada pula yang menganggap sama saja. Pada dasarnya, pedagang fokus pada bagaimana tidak merugi dan bagaimana mendapatkan keuntungan dari setiap transaksi. Orientasi mereka adalah penjualan harian dan kelancaran cash flow.
Sedangkan pengusaha, tentu saja juga memikirkan untung rugi, namun visi mereka jauh melampaui itu. Seorang pengusaha akan selalu berupaya agar dagangannya berkembang, memiliki nilai lebih, dan usahanya bisa tumbuh besar dalam beberapa tahun ke depan. Mereka memiliki mindset untuk membangun sesuatu yang berkelanjutan dan memberikan dampak lebih luas.
Bukan berarti salah satu lebih baik dari yang lain. Banyak pedagang yang telah puluhan tahun setia dengan dagangannya, tak menambah cabang atau merekrut banyak karyawan, namun mereka mampu menghidupi keluarga dengan sangat baik, menjamin kesejahteraan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa sukses bisa diraih dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan dan mindset masing-masing.
Mindset pedagang mungkin sudah merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki, sementara pengusaha memiliki dorongan untuk terus berkembang, memberikan manfaat lebih banyak, merekrut karyawan, membuka cabang, meningkatkan omset, dan berbagi dengan sesama.
Yang jelas, keduanya memiliki risiko yang berbeda. Pedagang menanggung risiko kerugian sendiri dan seringkali bisa pulih lebih cepat karena langsung menangani masalah. Pengusaha, dengan jangkauan yang lebih luas, memerlukan tenaga dan pikiran ekstra untuk recovery ketika menghadapi masalah, karena ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan.
Menguak Rahasia Sukses dari BSI International Expo 2025: Inspirasi dari Es Teh Indonesia & BITATA Food
Refleksi ini semakin tervalidasi saat saya menghadiri BSI International Expo 2025. Sebuah acara besar yang tahun sebelumnya, BSI International Expo 2024, telah sukses menarik lebih dari 52.000 pengunjung dan mencatat transaksi fantastis senilai lebih dari Rp2 triliun, bahkan dengan partisipasi dari 20 negara! Ini menunjukkan betapa besarnya potensi ekosistem halal global yang ingin dihubungkan Indonesia.
Di sana, saya berkesempatan menyerap ilmu langsung dari para ahlinya. Salah satunya adalah Aussie Andry, salah satu founder Es Teh Indonesia.
Belajar dari Es Teh Indonesia: Pentingnya Keterlibatan Pemilik
Kita semua pasti familiar dengan counter Es Teh Indonesia yang tersebar di mana-mana, kabarnya sudah ada 700 cabang di seluruh Indonesia! Aussie bercerita bahwa Es Teh Indonesia lahir dari sebuah "keresahan". Mengapa Thailand punya es teh tarik khas mereka, tapi Indonesia, dengan kekayaan perkebunan tehnya, justru belum memiliki teh khas Indonesia yang ikonik?
Dari Aussie, saya mendapatkan tips pertama dalam memulai usaha:
1. Keterlibatan Langsung di Awal Usaha: Ia menekankan bahwa jika ingin membuka franchise atau usaha baru, setidaknya selama 1 hingga 3 tahun pertama, pemilik harus terlibat langsung. Entah sebagai kasir, waiter, atau bahkan koki. Jangan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada pegawai, karena hasilnya tidak akan maksimal. Cabang-cabang yang penjualannya bagus terbukti karena di awal, pemiliknya turun tangan minimal tiga bulan. Dengan begitu, pemilik tahu persis kondisi operasional dan bisa mengontrol lebih efektif.
Aussie juga membocorkan tips kedua:
2. Rasio Biaya Sewa Lahan Maksimal 10% dari Omset Bulanan: Ini adalah perhitungan krusial. Jika biaya sewa lahan per bulan adalah 1 juta rupiah, maka omset bulanan yang harus dicapai minimal 10 juta rupiah. Ini membantu pengusaha untuk memastikan kelayakan finansial lokasi usaha.
Menginspirasi dari BITATA Food Indonesia: Kualitas dan Mindset Pengusaha
Selain itu, saya juga singgah di booth BITATA Food Indonesia. Saat iseng berkeliling pameran, mata saya tertuju pada kemasan makanan ringan dengan warna cerah merona merah dan kuning. Ternyata, ini adalah produk olahan makanan tanpa micin yang diproduksi di Aceh. Sebuah fakta menarik, mereka sudah beroperasi sekitar 8 tahun! Produk unggulan mereka adalah bumbu nasi minyak Aceh, yang mirip nasi liwet atau nasi uduk di Jawa—gurih dan kaya rasa. Jujur, saya menyesal tidak membeli untuk mencicipinya langsung!
Kemasan bumbu-bumbu ini sangat bagus, bukan seperti bumbu yang dijual di pasar sayur biasa, melainkan dikemas secara profesional dan siap untuk dijual secara online. Inilah contoh nyata perbedaan antara pedagang dan pengusaha yang saya lihat:
Pedagang mungkin hanya memikirkan untung rugi, kemasan menjadi nomor dua yang penting bisa untung dari barang ini.
Pengusaha, seperti BITATA, selain untung rugi, mereka juga memikirkan bagaimana produknya bisa enak dilihat, menarik perhatian, dan memiliki nilai tambah.
BITATA dimulai dari usaha yang sangat sederhana. Awalnya, mereka hanya berjualan, mengolah makanan, membungkusnya dengan plastik biasa, lalu menjualnya ke warung-warung layaknya pedagang pada umumnya. Ada yang menerima, ada pula yang menolak. Sampai akhirnya, ada satu toko yang menyukai olahan mereka dan terus membeli secara rutin. Dari situlah pesanan mulai berkembang. Mereka kemudian aktif mengikuti pelatihan dan diskusi, yang akhirnya mendorong mereka untuk menaikkan level konsep dagangannya. Mulai dari packaging yang menarik, memanfaatkan media sosial, dan berbagai upaya lain untuk mengembangkan usaha mereka.
Dari kisah BITATA, kita bisa ambil tips ketiga untuk memulai usaha:
3. Jangan Takut Berevolusi dan Menaikkan Level Bisnis: Mulai dari yang sederhana, namun terus belajar, berinovasi, dan beradaptasi. Tingkatkan kualitas produk, kemasan, hingga strategi pemasaran agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Nama "BITATA" sendiri adalah singkatan dari "Biar Tambah Taqwa". Sebuah penafsiran yang dalam, bahwa apa pun yang terjadi pada usaha mereka, baik saat kondisi baik maupun saat menghadapi rintangan, semuanya diharapkan bisa menambah ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Sebuah filosofi yang indah dan kuat dalam berbisnis.
BSI Hadir untuk UMKM: Peluang Besar untuk Naik Kelas
Kesuksesan BSI International Expo dan kisah para pengusaha inspiratif ini tidak lepas dari dukungan ekosistem. Bank Syariah Indonesia (BSI), sebagai salah satu pilar ekonomi syariah di Indonesia, memiliki peran krusial dalam mendukung UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Data menunjukkan bahwa UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, menyumbang lebih dari 60% PDB nasional dan menyerap lebih dari 97% total tenaga kerja di Indonesia. Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, menegaskan bahwa Indonesia harus memperkuat perannya dalam ekonomi Islam global dengan membangun rantai nilai halal yang kuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, kita memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam keuangan syariah, industri halal, dan inovasi berbasis syariah.
BSI hadir untuk memberdayakan UMKM agar bisa naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas melalui berbagai program dan fasilitas:
BSI UMKM Center: Pusat inkubasi bisnis yang menyediakan ekosistem lengkap bagi pelaku UMKM untuk tumbuh dan berkembang. Pusat ini hadir di beberapa kota besar seperti Aceh, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Pendampingan dan Pelatihan: BSI menyediakan pendampingan dan pelatihan komprehensif dalam manajemen keuangan, pemasaran, hingga akses pembiayaan.
Akses Pembiayaan Syariah: BSI menawarkan akses pembiayaan syariah yang mudah dan terjangkau, baik untuk modal kerja maupun investasi.
Program KUR Syariah: BSI menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) syariah yang secara khusus ditujukan untuk membantu UMKM mengembangkan usahanya.
Dengan dukungan seperti ini, para calon pengusaha di Indonesia memiliki lebih banyak peluang untuk mewujudkan mimpinya, belajar dari pengalaman, dan terus berkembang, sama seperti kisah-kisah inspiratif dari BSI International Expo.
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar
Yesss, Terima kasih sudah membaca dan sampai dihalaman komentar
silahkan komentar atau kritik dengan bahasa yang positif.
Jangan tinggalkan link hidup, saya akan berusaha untuk mengunjungi blog teman-teman semua.