Artikel Populer Bulan Ini

Siapa Caleg Jagoan Lo

"Bro bantuin temen gw yak, dia mau nyaleg.."

Pesan singkat masuk dihari yang panasnya bisa dirasakan hanya dengan megang aspal jalan.

"Bantuin apa?"

"Lo telpon aja nih orangnya."

Image AI dari Canva

Singkat cerita ternyata Gw diminta tolong jadi fotografer yang jobdesnya adalah, ambil dokumentasi foto saat beliau (calegnya) sedang blusukan ke warga di dapilnya.

Menarik, Gw blum pernah liputan caleg yg dipekerjakan secara profesional. Profesional disini adalah, Gw dibayar bulanan, dan tiap hari, Rabu sampai minggu (Senin Selasa libur) harus mendampingi beliau, lalu mengambil moment terbaik saat sedang bersama warga.

Kalau dihitung diatas kertas, feenya gak terlalu jauh dari fee Gw ngajar fotografi di SMP dan SMA tiga hari dalam seminggu atau gak jauh beda sama nilai satu kali project wedding yg dulu pernah gw garap. trus kenapa gw ambil?

Kalau masalah fotografi, materi bukan parameter paling utama. Waktu dan pengalaman baru jadi pertimbangan penting. Beruntung waktunya cocok, Desember ini pas lagi libur ngajar, walau harus atur strategi di Januari, ketika sekolah sudah mulai masuk.

Dan ini pengalaman baru, Gw belum pernah motretin caleg kampanye dan dibayar.

Dan sampai hari kesepuluh kampanye, keputusan Gw gak salah untuk membantu beliau, bukan karena dibayar tapi lebih ke cara pandang dan cara penyampaian serta komunikasi beliau ke masyarakat.

Sejak kampanye hari pertama, kalimat orasi beliau yang terngiang di telinga Gw adalah, "Kalau bapak/ibu gak cocok dengan pemikiran atau apa yang saya sampaikan, gak usah milih saya. Tapi jangan GOLPUT ya. Boleh pilih yang sesuai hati nurani".

Aneh yak? Agak laen caleg ini, tidak memaksa untuk memilih, cukup persuasive dalam berkampanye atau berorasi.

Daerah Baru

Rumah Gw di perbatasan kota Tangerang dan Jakarta Selatan. sementara dapil yang harus Gw liput adalah dapil 4 Jakarta Timur, meliputi kecamatan Matraman, Pulogadung dan Cakung, tiap hari maksimal 4 titik lokasi. Jujur Gw agak buta daerah ini, bedain jalan Pemuda dan Cempaka putih aja salah terus.

Titik pertama gw hari itu di daerah Cakung. Jadi coba bayangkan perjalanan gw dari Ciledug Raya ke Cakung, yang melewati berbagai macam kluster warga. Dari warga perbatasan jakarta, warga metropolis yang sedang antri transjakarta koridor 13, landscape gedung perkantoran sampai akhirnya ke warga pinggiran jakarta yang hampir berbatasan dengan jawa barat (bekasi).

Cakung, jalan berbeton dengan debu yang mengepul terbang karena dihempas roda-roda truck bermacam ukuran. Jam 10 pagi sudah terasa sangat terik, Gw terpaku diatas motor Honda Revo didepan sebuah gang kecil. Gang dengan gapura bambu berhiaskan tema hut RI ke-78 yang belum dicopot, walau warna benderanya mulai pudar. Masih terpaku sambil menunggu jawaban WA untuk memastikan apakah benar ini gang masuknya.

Bisa aja Gw nekat masuk, tapi kalau salah tentu bakalan repot sendiri. Lebar gang itu kurang lebih 1 meter, pasti akan sulit untuk memutar balik kalau kita tidak paham daerah tersebut.

"Betul mas, masuk aja" Balasan WA. Belum sempat masuk ke dalam gang, seorang perempuan yg menggunakan baju atribut partai muncul dari dalam untuk menunjukkan jalan. Ahh beruntung sekali. Gak perlu tanya-tanya ke warga lagi.

Takjub, saat gw sampai dilokasi. Acara sudah dimulai, caleg sedang pemaparan dikelilingi warga yang sebagian besar ibu-ibu.

Jangan bayangkan lokasi kampanye ini dilapangan bola, badminton atau aula, ini hanya rumah warga yang halaman depannya berbatasan langsung dengan tembok pabrik.

Ruang TV merangkap ruang tamu berukuran 3x3mtr, ditengah-tengah sudah berdiri caleg sedang pemaparan tanpa pengeras suara, tanpa penerangan yang cukup.

Yesss... ini tantangan yang Gw cari, cahaya minim, keterbatasan sudut pandang saat ambil foto, tapi bagaimana caranya Gw harus ambil foto dengan sudut pandang dan momennya tidak membosankan. Tentunya ini gak mudah.

Dan ternyata, 10 hari kedepan, situasinya tidak banyak berubah. Rumah warga, penerangan minim, gang sempit berliku, pemukiman padat penduduk udah jadi tujuan kami sehari-hari dan Gw enjoy karena tetap saja ada hal atau tantangan yang berbeda.

Hari pertama disela-sela makan siang di warung padang yang satu porsi ayam sayurnya seharga 15ribu, tiba-tiba beliau bertanya angkatan kuliah Gw.

"Wahhh beda setahun kita, saya lebih muda" Ujar beliau sambil terkekeh, sementara Gw hampir tersedak daging ayam bagian paha yang tiba-tiba terasa alot. Beda satu tahun?

Beliau udah bisa nyaleg, sementara Gw masih enjoy jeprat jepret ambil momen. Tapi kalo gak ada orang kaya Gw, siapa yang ambil foto beliau? Ahh semua orang memang ada porsi masing-masing. Yang pasti harus bahagia dan ikhlas lihat kesuksesan orang lain.

Btw, sengaja gak Gw mention nama dan partai beliau, tapi kalau kalian pemilih di dapil 4 jakarta timur, komen kelurahan kalian di Jakarta Timur nanti gw japri dan Gw gak ragu untuk rekomendasikan beliau.

Next gw update cerita lagi ya. Ohh iya hampir lupa, gimana image AI yang dibuat oleh canva di atas? Bisa nebak deskripsi apa yang Gw pakai? 

Komentar

  1. Penasaran siapa calegnya. Boleh nih dibisikin namanya. Saya nyoblos di Matraman. Kali saja cocok 😅

    BalasHapus
  2. Lhooo ini dapilku. Kebayang sih tiap hari mendadak berangkat kerja sambil tour de Java, jauh Pak! :))

    Jadi pengalaman menarik mencari angle selama memotret dengan keterbatasan tempat dan cahaya. Selain itu belajar public speaking blusukan. Sapa tahu yah 5 tahun mendatang gantian Kak Satto yang nyaleg.

    BalasHapus
  3. Wah padahal penasaran pengen tahu siapa calegnya. Kalau dari tulisan ini sepertinya beliau bersahaja dan sederhana banget orangnya. Semoga beliau terpilih dan bisa mewakili aspirasi rakyat kecil. Sukses juga buat mas Satto

    BalasHapus
  4. Human interest? Super menarik di bagian blusukan ke kampung. Bisa melihat dan bertemu banyak jenis wajah.
    Jaman saya dulu pernah bertukar sampai 5x angkot demi menjenguk putri sulung, momen bersilangan selama perjalanan dan melihat beraneka rupa wajah para ibu, juga dengan berbagai usia serta latar profesi, sungguh pembelajaran hidup yang kaya.

    BalasHapus
  5. Jika bertanya tentang calon favorit saya atau calon jagoan, saya tidak memiliki preferensi politik dan tidak bisa memberikan dukungan untuk calon tertentu

    BalasHapus
  6. Et dah beda setahun sama Pak Lurah ternyata, hihi.
    Sesuatu sih ya pastinya tugasnya, cuma jadi pengalaman berkesan. Terus gimana beliau lolos gak nih Pak Lur?

    BalasHapus
  7. Wah, sempat ke Matraman ya ternyata, Kak.

    Hmm, ikut nebak deskripsinya, deh. Empat warga perempuan lansia Asia di permukiman sangat sederhana padat penduduk, duduk mengobrol sambil tertawa tentang pemilihan umum yang sedang ramai dibicarakan dikelilingi bendera aneka warna?

    BalasHapus
  8. Minimal kasih lah hasil motretin beliau. Kan pasti ciamik tuh :P Ngga usah keliatan partainya, cukup hasil fotonya aja. Biar ngga dibilang hoax wkwkwkwkk

    BalasHapus
  9. pengalaman berharga emang nggak bisa disandingkan dengan materi, ya, Kak. Nilainya pasti lebih banyak karena berasal dari hati.

    BalasHapus

Posting Komentar

Yesss, Terima kasih sudah membaca dan sampai dihalaman komentar
silahkan komentar atau kritik dengan bahasa yang positif.
Jangan tinggalkan link hidup, saya akan berusaha untuk mengunjungi blog teman-teman semua.

Paling Banyak di Baca