Jagoan Baru Samsung Galaxy S7

Senin, 06 Juni 2016

Tidak ada komentar
Penjualan Samsung Galaxy S7 ternyata jauh melebih ekspetasi. setidaknya dari awal lauching di event Mobile World Congres pada Februari 2016 sampai dengan April 2016 setidaknya Samsung sudah melepas kepasaran sebanyak 9.5juta unit, dari target 7juta Unit.

Tentu ini jadi titik cerah dunia smartphone khususnya Samsung setelah tahun sebelumnya sempat melemah dari segi penjualan. karena pada awalnya S7 diprediksi akan sulit bersaing karena secara design tidak berbeda dengan adiknya Samsung S6.

Justru inilah nilai lebih bagi Samsung S7. dengan design yang sama dengan terdahulu tapi memiliki teknologi yang lebih maju membuat cost lebih efisien dan menekan biaya produksi, sehingga membantu meningkatkan jumlah pendapatan bagi Samsung.

Penjualan Samsung Galaxy S7 melebihi ekspetasi dikuartal pertama


Dari sekian banyak kelebihan Samsung Galaxy S7, saya lebih menekankan kehebatan kamera dan teknologi photography yang tertanam di produk anyar ini. Walau sepintas jika dibandingkan megapixel pada Galaxy S6, terjadi downgrade pada Galaxy S7 tapi saya tetap yakin akan kemampuan kamera ini karena punya beberapa senjata rahasia. Apa saja..? nanti saya kasih tahu.

Saya hobi fotografi, bahkan menggantungkan hidup didunia fotografi. Tidak ada alasan khusus kenapa saya sangat mencintai dunia ini. Dulu belum ada Instagram untuk pamer foto, Facebook untuk berbagi foto selfie bahkan blog pun masih belum popular untuk berbagi karya foto. Fotografi bagi saya merupakan tempat dimana kita bisa bercerita banyak kesemua orang tanpa banyak bicara.

Canon 400D adalah kamera DSLR pertama saya berkekuatan 10MP, sudah banyak cerita saya lewati sampai akhirnya kamera itu mengakhiri hidupnya di genggaman saya. Di era digital semua bergerak cepat, bahkan sangat cepat. Sekarang kita tidak perlu membeli DSLR untuk punya kamera berMP besar. Contohnya Samsung Galaxy S7 dengan kamera 12MP dibelakang bodynya.

Yups, hanya 12MP kalah dengan kamera pada Galaxy S6 yang berkekuatan 16MP. Tapi tunggu jangan meremehkan kamera Galaxy S7, seperti yang saya tulis diawal, smartphone ini punya senjata rahasia.

Saat Galaxy S7 baru di luncurkan di Barcelona, smartphone ini langsung disandingkan dengan Iphone 6S plus, untuk mengambil objek diruangan yang sangat gelap. Dan hasilnya Galaxy S7 berhasil menghasilkan gambar dengan lebih detail dengan sedikit menghasilkan noise, Galaxy S7 pun diklaim terbaik untuk urusan japrat-jepret momen indah saat dibandingkan dengan saudara tuanya Galaxy S6.

Rahasianya ada di Dual pixel sensor yang menjadi andalan Jagoan Korea ini. Dengan kehadiran sensor ini, kemampuan DSLR mengambil objek dalam keadaan rendah cahaya dapat dihadirkan di teknologi smartphone.  Sebuah innovasi Samsung yang merubah industri kamera smartphone.

Dual pixel sensor pada Galaxy S7 juga membuat auto focus menjadi lebih cepat, karena cahaya yang masuk melalui lensa kamera akan di bagi melalui Dual pixel sensor yang bisa mendeteksi 100 persen pixel, ini yang membuat autofocus pada sebuah objek bisa lebih cepat. Sebagai gambaran, smartphone kebanyakan hanya menggunakan 5 persen pixel untuk menentukan autofocus. Hmmm jadi makin penasaran sama kecepatan autofokusnya nih.

Selain itu Galaxy S7 punya diagfrahma lensa yang cukup mumpuni sebesar f1.7.  Dalam dunia fotografi semakin kecil angka F atau diagfrahma, maka kemampuan sebuah lensa menangkap cahaya akan sangat besar. Terlebih saat keadaan kondisi cahaya yang rendah. Maka tidak heran Galaxy S7 unggul dari Galaxy S6 yang mempunyai diagfrahma f1.9, bahkan menang telak dari iphone 6 plus yang ber-diagfrahma f2.2. Ini salah satu keunggulan yang saya suka dari Galaxy S7. Selain juara di ruangan gelap, dengan diagfrahma f1.7 kemungkinan besar kita bisa menghasilkan area blur (bokeh) yang menawan.

Kemampuan Samsung menggabungkan teknologi DSLR kedalam sebuah smartphone merupakan langkah yang luar biasa. Ini bisa menjadi patokan bagi pesaingnya untuk berpikir keras untuk menghasilkan teknologi yang terbaik khususnya dalam hal Mobile Photography. Saya pun penasaran akan kemampuan jagoan Galaxy terbaru ini, semoga saya dapat kesempatan untuk dapat merasakan teknologi DSLR dalam smartphone ala Samsung Galaxy S7.

Galaxy S7 Mungkin tidak akan bisa menggantikan DSLR, tapi setidaknya bisa menghasilkan foto sekualitas DSLR ataupun mirrorless sudah lebih dari cukup. Kalau dalam keseharian ditemukan momen menarik, saya jadi tidak perlu repot bongkar kamera jika dalam genggaman ada Galaxy S7. Jadi ingin hunting streetphotography dengan gadget yang satu ini.
Read More

Mahluk Ajaib Di Film AADC2, SCUK dan Aisyah

Sabtu, 04 Juni 2016

11 komentar
Memproduksi sebuah film membutuhkan biaya yang sangat banyak. Dukungan sponsor sangat dibutuhkan untuk menutupi biaya produksi ataupun saat promosi sebuah film. Dengan kekuatan jalan cerita dan tema sebuah film, para pemain dan genre film yang spesifik bisa dengan mudah mendapatkan dukungan sponsor.

Tapi sejauh mana sponsor “menggangu” jalan cerita sebuah film?. Hmmmm,…masa sih mengganggu. Sepertinya perlu dijelaskan apa yang di sebut mengganggu menurut pendapat saya.  Setidaknya tampilan produk sponsor saat tampil di sebuah film tidak terlalu berlebihan.

Tidak usahlah perlu di zoom in sampai detil sampai terlihat jelas merk brandnya di satu frame penuh menutupi satu layar bioskop. Sangat dimengerti kebutuhan para sponsor itu untuk branding produk mereka, tapi harusnya mereka juga sadar bahwa kami yang datang kebioskop itu datang dan membayar untuk menikmati sebuah karya film yang berkualita. Ingat kami bayar tidak gratis.

Para brand ini seakan tidak pernah puas, setelah nongol di film, mereka pun memasang logonya di poster film yang mereka sponsori. Jujur saya belum pernah melihat poster film luar negeri di domplengi sponsor komersial.

Lalu siapa yang bertanggung jawab atas kemunculan mahluk ajaib bernama sponsor ini di perfilman Indonesia?. Para sponsor yang haus publikasi kah?, produser dan tim marketingnya yang gelap mata menggaet para sponsorkah? Atau siapa..?.

Yang jelas, saya sedikit yakin para sutradara dan kru film dibikin gerah dengan kemunculan mahluk ajaib ini. Bagaimana tidak, karya mereka sedikit atau banyak harus disusupi mahluk ajaib ini. Harus pintar-pintar untuk menempatkan dimana mahluk ajaib ini bisa muncul. Karena salah menempatkan mahluk ajaib, komentar penonton pasti akan seragam.

“ Jualan Banget Sihhh…!!”

Setidaknya itu yang saya rasakan saat melihat film Indonesia di medio Mei 2016. Sebagai gambaran saya menonton 4 film Indonesia. Surat Cinta Untuk Kartini, AADC2, Aisyah dan My Stupid Boss. Untuk film terakhir yang saya sebutkan saya tidak melihat muatan sponsor didalam badan filmmya, atau mungkin saya gagal paham.
Beberapa film terbaik Indonesia yang tayang di bulan Mei 2016 

Yang menarik adalah membedah sponsor antara 3 film pertama yang saya sebutkan. Pertama adalah AADC2. Setelah 168 purnama akhirnya Rangga dan Cinta pun bertemu dan pertemuan mereka disaksikan lebih dari 3juta penonton.

Secara jalan cerita tidak terlalu luar biasa. Momentum yang justru saya tunggu di film ini adalah bagaimana mereka berdua ketemu, beruntung Miles Film menyajikan dengan cantik, tidak berlebihan dengan adegan slow motion dan cukup membuat saya penasaran.
   
Mengenai sponsor setidaknya ada 9 sponsor yang mendukung film ini. 2 sponsor utamanya adalah Aqua dan L’Oreal. Kehadiran mahluk ajaib di film ini menurut saya tidak terlalu menonjol. Jujur saya hanya mampu mendeteksi 2 mahluk ajaib yang menjadi sponsor utama. Aqua saat mereka berdua sedang di cafĂ© dan saat jalan berdua, lalu L’Oreal saat Cinta sedang bingung memilih lipstick saat akan bertemu dengan Rangga.
Harus diakui, mungkin Riri Riza dan Miles punya bargaining postion yang kuat sehingga mereka bisa menampilkan mahluk ajaib ini dengan sederhana.

Untuk film Aisyah, kalau dilihat dari poster filmnya ada 2 sponsor yang nempel di sana. White Koffie dan Sunsilk. Jalan cerita film ini sungguh kuat, bercerita tentang ragam keyakinan yang ada di Indonesia. Tetap ada konflik agama tapi, pesan optimis dan kerukunan antar umat terus di tampilkan dalam film ini. Tya Subiakto selaku music arrangernya pun bisa membawa nuansa yang menurut saya bisa mengharubiru. Jangan kasih tahu yang lain, kalau mata saya sempat basah di salah satu scene ini, dan ini jarang terjadi.

Tapi sayang , mahluk ajaib ini agak sedikit terasa walau tidak secara kontinyu. Brand kopi sachet dan pembersih rambut itu seperti di beri tempat special di salah satu scene. Walau kadarnya masih jauh dari kata mengganggu.

Terakhir adalah Film Surat Cinta Untuk Kartini (SCUK), ini adalah film favorit saya sebelum kemunculan Aisyah. Set-up lokasi, wardrobe, nuansa dan akting para pemain sungguh luar biasa. Dengan buggdet yang tidak terlalu wahh, sutradara dan timnya bisa menghadirkan ambience di tahun kelahiran kartini dengan sangat maksimal.

Sayangnya kehadiran mahluk ajaib bernama sponsor sangat mengganggu saya. Ada  scene dimana seorang guru muda terlambat masuk ke sekolah dan terjatuh di tangga yang mengakibatkan isi tasnya berantakan, maka keluarlah mahluk ajaib ini dari tasnya. Uuuhhh ,…terlalu awal menurut saya mahluk ajaib ini muncul, bayangkan belum ada 5 menit film ini berjalan saya sudah di sajikan iklan produk makeup berlabel Wardah ini.

Tidak hanya itu, ada juga scene dimana guru muda ini sedang touch-up dengan makeup dengan merknya yang seakan sengaja di perlihatkan. Yang lebih aneh, atau bisa dibilang lucu ketika mahluk ajaib ini muncul dalam bentuk add-lips (penyebutan nama brand) di film ini. Memang tidak terlalu kerasa, bahkan hanya muncul sekali itupun di samarkan dengan nama orang yang menjadi penata rias keluarga Kartini di masa itu. Memang nama brand ini bisa diasumsikan dengan nama seseorang.

Jujur film fiksi berlatar belakang sejarah seperti SCUK sangat menarik, sayang nasibnya cukup tragis ketika hanya mampu tidak lebih dari satu minggu di bioskop.

Kembali kemasalah sponsor saya kembali membayangkan, pusingnya para sutradara ketika harus memenuhi request sang sponsor untuk memasukkan mahluk ajaib ini difilm yang mereka sutradarai. Kalau para sutradara punya kekuatan penuh untuk bagaimana menampilkan mahluk ajaib ini mungkin itu lebih baik. Yang celaka adalah, saat mereka harus menggadaikan orisinalitas karya mereka untuk menutupi biaya produksi.

Terus berkembang kreatif para insan Film Indonesia dan Semoga makin cepat dewasa para sponsor film Indonesia.
Read More