Artikel Populer Bulan Ini

Karena Kita Manusia Adalah Sama

Selintas lewat konten pak polisi dari polres Lamongan, konten yang membantu seorang pemuda disabilitas yang sedang berjalan kaki (agak) terpincang-pincang. Tas ransel dipunggungnya tampak meninggalkan tanda/bekas dibagian pundak, indikasi sudah cukup lama tas ini tidak diturunkan dari punggungnya. Rupanya pemuda ini berjalan kaki dari Bojonegoro menuju Jember.

Sudah berjalan selama 5 hari dan akhirnya sampai di Lamongan saat bertemu dengan pak polisi ini.

Perjuangan inklusivitas masih jauh, tapi kalau tidak diperjuangkan kapan mau tercapai. Semua harus bergerak bersama, seperti tagline Dilan's Indonesia "No One Left Behind" 

Pak polisi belajar baik (nama akun youtubenya) kemudian mengajak  ngobrol mengenai asal usul, tujuan dan maksud pemuda tersebut. 

Intinya setelah upaya mencari kerja di Bojonegoro tidak berhasil karena keterbatasan fisik, pemuda itu memutuskan pulang kampung ke Jember berjalan kaki.

Setelah dijanjikan untuk dibelikan tiket bis dan modal usaha di kampungnya, pemuda itu dipotong rambut dan kukunya oleh pak polisi, kemudian disuruh mandi di rumah warga dan dibelikan juga pakaian bersih.

"Supaya nanti naik bisnya nyaman" Kurang lebih seperti itu pak polisi memberi pengertian kepada si pemuda.

Memberikan kesempatan yang setara bagi disabilitas tentu tidak mudah dan masih jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat, daerah, stakeholder dan tentumya masyarakat.

Cerita lain tentang stigma disabilitas datang dari Ardi Yansyah, Orang yang Pernah Mengidap Kusta (OYPMK) yang merupakan ketua dari Permata Bulukumba saat Hadir di talkshow Ruang Publik di Youtube KBR.Id bekerjasama dengan NLR Indonesia.

Ardi justru mendapat stigma dari keluarga dekat, sementara dengan teman-teman atau yang diluar lingkar keluarga, mereka masih bisa menerima walau kadang menjaga jarak, dan hanya sebatas say hello saat bertemu.

Dengan 4 tahun berkolaborasi dengan NLR Indonesia, para teman-teman Permata Bulukumba bisa membuat program-program yang meningkatkan kapasitas para anggota, sehingga bisa menata diri dan bisa menjadi manusia kembali.

Martabat manusia atau khususnya warga negara Indonesia sebenarnya sudah tertuang di sila ke-2 Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, walau dalam pelaksanaannya masih dalam proses untuk menciptakan manusia yang berkeadilan dan berkeberadaban.

Sasakawa Health Foundation dari Jepang yang diwakili oleh Aya Tobiki, Chief Program Officer Hansen's Diseases Program juga mempunyai misi agar apapun kondisi manusia mereka punya martabat yang sama.

Ms. Aya Tobiki - Sasakawa Health Foundation (kedua dari kanan) Asken Sinaga - Executive Director NLR Indonesia (kanan) Ardi Yansyah - OYPMK & Ketua Permata Bulukumba (ketiga dari kanan)

Selain itu juga Sasakawa Health Foundation (SHF) mempunyai 3 pilar terkait penyakit kusta yaitu, penanganan dan pencegahan kusta, menghilangkan diskriminasi akibat kusta dan mencatat sejarah bagaimana perkembangan maupun penanganan kusta.

Visi misi NLR Indonesia juga sejalan dengan SHF, yang ingin Indonesia bebas kusta dan semua konsekuensinya. Bukan hanya hilang penyakit kustanya saja, tapi inklusivitas untuk semua orang yang pernah mengidap kusta.

NRL Indonesia diwakili oleh, Asken Sinaga Direktur Eksekutif NLR Indonesia saat hadir di Talkshow Ruang Publik KBR.

Mau tau detil talkshow Ruang Publik KBR? Gasskan klick imagenya



Komentar

Paling Banyak di Baca