Artikel Populer Bulan Ini

Film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama

"Bajindduull, yo opo rek sak bioskop yo guyu kabeh" Batin saya saat keluar dari sebuah bioskop di kawasan Jakarta setelah menonton film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama. Semua tertawa, semua keluar membawa kesan, semua gak percaya kalau ternyata filmnya sudah selesai. Seakan masih menunggu dan berharap ada kelanjutan dari scene tersebut, tapi apa mau dikata Fajar Nugros si sutradara menyimpannya untuk Film Srimulat babak ke-dua.

Sebelum berlanjut, tenang saja saya gak akan spoiler di artikel ini.

Jujur saya lahir di keluarga besar orang jawa timur tepatnya di daerah Malang, tapi lahir di Sukabumi, Jawa Barat dan sejak umur 3 bulan sudah tinggal di daerah Petukangan Jakarta Selatan. Jadi bahasa daerah hanya sekedar paham, kalau disuruh bicara ya mohon maaf, saya akan sangat kesulitan.

Begitu masuk bioskop, saya masih bertanya kira-kira film ini akan hadir dalam konsep seperti apa? full dalam bahasa jawa atau menggunakan bahasa Indonesia dengan logat jawa. Semua terjawab sesaat film dimulai, full dalam bahasa jawa tapi ada terjemahan dalam bahasa Indonesia dibagian bawah layar. Hanya sebagian kecil menggunakan bahasa Indonesia atau lebih tepatnya Betawi.

Saatnya Indonesia tertawa, jangan berantem mulu

Untuk saya tidak masalah, karena tanpa melihat teks, saya masih bisa menikmati, lalu bagaimana dengan yang lain? Yang gak bisa bahasa jawa, apa masih bisa merasakan kelucuan film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama?

"Masih bisa..." Ujar teman hidup saya yang asli orang betawi kreo, pun ketika saya tanya teman sperjuangan di komunitas Bloggercrony Indonesia yang asli orang Cipete Jakarta Selatan menjawab hal serupa. Mereka berdua terkekeh sepanjang film. Kalau teman-teman komunitas yang lain terlebih orang jawa, gak usah ditanya bakal tertawa lepas.

Hal serupa terjadi ketika saya bertanya ke anak millenial Jakarta yang ikut nonton bareng, dia gak tahu bahasa jawa, dan gak tau secara detil apa itu srimulat. Mengenal beberapa pemainnya, candaannya tapi gak tahu sejarah.

"Lucu banget dan masih bisa ngikutin" Sambil ngabisin sapo tahu di depannya, sepertinya dia tertawa sampai kelaparan.

Fajar Nugros dan pemain film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama berhasil menghadirkan komedi yang universal dan sederhana. Komedi yang bisa diterapkan di tongkrongan ataupun sekedar kumpul keluarga besar.

Sadar gak sih, kalau di lingkaran pertemanan atau keluarga pasti kita punya sosok sentral pemeriah suasana dengan candaannya? sosok ini bisa ngelucu sendiri atau bisa ngajak yang lainnya ikutan jadi lucu. Nahhh komedi yang ada di film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama kurang lebih seperti itu.

Karena memang, kelucuan Srimulat sebagai grup lawak muncul dari kejadian sehari-hari yang di dramatisasi saat pentas diatas panggung. Jadi wajar kalau orang mudah tertawa atau terhubung karena punya perasaan, "Kayanya gw juga gitu deh..".

Di salah satu scene dijelaskan, ketika ada pemain baru merasa gak klop, merasa kok kurang bisa lucu dan gak bisa berbaur dengan yang lain lalu merasa tertekan, pemimpin grup cuma bilang.

"Apa yang sudah kamu lakukan?" Sambil gesturenya melihat keluar jendela dimana anggota grup Srimulat lainnya sedang bercengkrama menertawai kebodohan mereka akan satu hal. Mungkin ingin memberi petunjuk, berbaurlah dengan keluarga dan teman-temanmu maka, kamu akan menemui kelucuan-kelucuan tersebut.

Di film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama, juga digambarkan bagaimana para anggota Srimulat mendapatkan inspirasi mengenai persona mereka. Bagaimana Tessy yang punya persona kewanitaan dengan batu akik di seluruh jarinya atau Asmuni dengan salah ucapnya.

Terkait gesture, mimik dan intonasi, ini juga peran penting, sehingga teman-teman saya orang betawi tulen dan anak millenial bisa tertawa ngakak. Yeeepps kemampuan akting mereka sudah bisa membuat kita tertawa hanya dengan sedikit mendengar mereka berbicara.

Saya tidak akan membahas sinopsis film ataupun sejarah Srimulat dan sinopsis film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama, karena sudah banyak situs yang membahas hal ini. Saya lebih tertarik membahas para pemainnya.


Mau orang dari suku manapun yang gak ngerti bahasa jawa, atau anak millenial yang gak tau ada grup lawak legenda Srimulat, tetap bakal tertawa ngakak

Kemampuan Akting Pemain film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama Patut diacungi Jempol

"Seorang pelawak akan sangat sulit ketika disuruh memerankan menjadi pelawak lain" Pandji Pragiwaksono berucap, ketika dia mengomentari film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama di akun Instagramnya.

Untuk itu Pandji memahami kenapa semua pemeran yang dipilih Fajar Nugros bukan dari kalangan pelawak atau komedian.

Pandji juga mengacungi jempol para pemain film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama yang secara luwes dan natural memerankan para tokoh anggota Srimulat. Hal ini saya amini, begitu keluar dari bioskop, usai menonton film ini.

Satu yang menarik perhatian saya adalah pemeran Basuki, yang dipercayakan kepada aktor muda Elang El Gibran. Aktor yang sebenarnya tidak baru tapi memang jarang terlihat, bahkan Pandji pun tidak ingat namanya saat memuji kemiripan aktingnya dengan tokoh Basuki.

Kenapa saya bilang bukan aktor baru? Karena lewat cuitan Fajar Nugros saya akhirnya tahu, bahwa gesture dan tubuh Elang pernah tampil di film Habibie dan Ainun, untuk memerankan Habibie muda saat sekolah. Namun, mukanya Elang diubah (dengan teknologi) menggunakan muka Reza Rahadian.

Semakin kagum, ketika kami mendapat informasi saat tidak sengaja bertemu dengan mbak Kalis Mardiasih dan mas Agus, awalnya ingin minta foto bersama, malah dapat cerita, ternyata Elang adalah pemain pengganti dan yang terakhir masuk untuk proses syuting disaat semua pemain sudah saling mulai workshop terlebih dahulu.

"Adaptasinya Elang susah dan berat memerankan Basuki" Ujar mbak Kalis.

Tapi menurut saya adaptasi Elang luar biasa, faktornya karena memang kuliah di jurusan teater, dan mempunyai sosok Rukman Rosadi seorang mentor sekaligus pelatih peran di film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama yang tidak lain adalah bapaknya. Dan beliau juga ikut berperan sebagai pak Teguh pimpinan Srimulat.

"Kami punya satu aktor yang sudah kami pilih, sang aktor sudah ikut workshop, tapi kemudian ia mengundurkan diri karena merasa tak akan menguasai peran Basuki ini. Dan kami sangat rispek dan salut padanya, kami menghormati keputusan si aktor. Perjalanan Basuki pun berlanjut lagi" Ujar Fajar di akun instagramnya. Sosok Basuki karakternya unik, mukanya serius tapi harus bisa lucu.


Berakting itu, memerankan orang lain, bukan memperlihatkan persona kita sebenarnya

Pemain lainpun luar biasa dalam beradaptasi dan observasi perannya masing-masing. Erick Strada pemeran Tessy Sukabul, tinggal dirumah Kabul selama beberapa bulan untuk lebih memahami karakter mantan prajurit TNI AL Marinir berpangkat Kopral Satu itu.

Bio One pemeran Gepeng gak kalah totalitas, "Apa yang harus gw lakukan untuk jadi Gepeng" Ujar Bio One ke Fajar Nugros.

"Jadilah miskin dan rasakan lapar" Ujar sang sutradara.

Jadilah Bio One menahan lapar, tidak makan berbulan-bulan sampai benar-benar terpaksa kalau sudah sangat lapar dan tidak bisa berfikir baru dia akan makan seadaanya. Tujuaannya selain mengejar kurusnya sosok Gepeng, tapi juga ingin mendalami perjuangan seniman ditahun 1980 yang untuk makan saja susah.

Di akun instagramnya Fajar Nugros berbagi cerita mengenai proses Bio One di film Srimulat Hil Yang Mustahal Babak Pertama.

"Jauh hari sebelum proses workshop akting mulai, ia (Bio One) kemana-mana jalan kaki dan merasakan lapar. Pergi ke Solo dan menggelandang tanpa baju. Tidur di hotel-hotel melati dan kamar-kamar sempit. Suatu hari saya dapet info seorang aktor terkenal nginap di sebuah hotel melati di depan Taman Balekambang, tempat Srimulat dulu manggung. Pihak keamanan mengira ia berbuat yang tidak-tidak. Saya menyatakan, aktor saya sedang riset untuk perannya. Malam yang geger saat itu".

Menarik untuk menanti film Srimulat babak ke-dua, Masih banyak cameo tokoh-tokoh Srimulat yang bermunculan dan saya yakin akan jadi kuncian di film selanjutnya. Kalau saya boleh menebak-nebak, film Srimulat Babak ke-dua tidak kalah lucu dan akan lebih dramatis, cenderung ditutup dengan kesedihan karena satu dan lain hal, saya sih belum ada gambaran.

Kenapa saya berasumsi seperti ini, karena sebuah film full komedi dari awal sampai akhir (sepertinya) akan biasa saja kalau ditutup dengan akhir yang benar-benar bahagia. Harus dicampur dengan sedikit kesedihan tapi tetap ada sisi optimisnya. Terlebih ini film biopik yang skenarionya dilandasi kisah nyata, sejati kehidupan dikisah nyata, tidak semua berjalan dengan indah.

Komentar

Paling Banyak di Baca