Artikel Populer Bulan Ini

Kusta Bukan Kutukan

Pemerintah Indonesia mempunyai target menurunkan jumlah penderita kusta, satu penderita kusta dari satu juta penduduk, namun hal ini masih mengalami hambatan yang cukup berat. Setidaknya selama 10 tahun terakhir jumlah kasus kusta di Indonesia mencapai 18.000. Sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. Prestasi? Tentu bukan.

Konsumsi obat dapat mencegah penularan penyakit kusta tanpa harus diasingkan dari masyarakat

Terkait sosialisasi dan edukasi, masih banyak orang tidak paham mengenai apa itu kusta dan apa dampaknya jika penyakit ini tidak segera ditangani. Kusta merupakan penyakit yang menular jika tidak ditangani dengan cepat. Tapi dengan penanganan yang tepat, OYPMK bisa sembuh dari penyakit kusta. Bahkan sudah tidak menular ketika sudah mengkonsumsi obat dari dokter.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, NLR Indonesia, mengadakan kegiatan roadshow yang diselenggarakan di Tegal dan Kabupaten Cirebon. Kegiatan ini melibatkan Babinsa dan PKK untuk menambah informasi dan meningkatkan kesadaran tentang kusta di kalangan jaringan dan masyarakat umum.

Kapten Infateri Shokib Setiadi dan Elly Novita Skm, MM yang ditemui di Ruang Publik melalui live youtube Berita KBR, menyambut baik acara sosialisasi yang sudah diselenggarakan pada tanggal 1 Juni 2023.

Kapten Infanteri Shokib Setiadi menyampaikan, metode penyampaian edukasi yang berbeda, berhasil menarik minat peserta yang hadir. Sehingga para peserta yang hadir dapat lebih memahami informasi yang disampaikan. 

Babinsa dan PKK mempunyai peran penting dalam memberikan pendampingan kepada petugas kesehatan dan masyarakat dalam penanganan kusta, karena meraka yang bertemu dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mereka melaksanakan kegiatan sosialisasi di berbagai tingkatan, termasuk di koramil-koramil sampai tingkat RT/RW dan bekerja sama dengan petugas nakes dari Puskesmas.

Selanjutnya, Ibu Elly Novita sebagai wakil ketua Pokja 4 TP PKK Kabupaten Tegal, menyampaikan bahwa acara tersebut membuka wawasan yang lebih luas tentang kusta. Peserta mendapatkan pengetahuan tentang definisi kusta, gejala, tipe, dan pengobatannya. Mereka juga belajar bagaimana mendeteksi dini penyakit kusta dan menyampaikan informasi ini kepada masyarakat.

Dalam kegiatan edukasi tentang kusta yang diadakan, banyak peserta yang memiliki anggapan keliru terkait penyakit ini. Salah satu anggapan yang sering muncul adalah bahwa penyakit kusta merupakan kutukan atau terkait dengan kena guna-guna.

Edukasi dan sosialiasi oleh berbagai pihak terus dilakukan, agar Indonesia bebas kusta

 Selain itu, banyak peserta menanyakan bagaimana cara mengenali tanda-tanda awal kusta dan membedakannya dengan penyakit kulit lain seperti panu. Penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai ciri-ciri kusta agar mereka bisa cepat mengetahui dan bisa segera melapor kepada petugas kesehatan. Tindakan ini penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah penyebaran penyakit kepada anggota keluarga atau kontak lainnya.

Stigma negatif yang harus disosialisaikan dari kegiatan tersebut adalah, bahwa penyakit kusta bukanlah kutukan dan tidak diturunkan secara genetik. Penyakit ini dapat menular akibat kontak dengan penderita dalam kurun waktu yang lama (tidak dalam waktu singkat!) dan penderita belum mendapatkan perawatan atau pengobatan dari pihak puskesmas atau rumah sakit.

Dengan upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai kusta, diharapkan anggapan keliru dan stigma negatif terhadap penyakit ini dapat diatasi. Dengan pengetahuan yang lebih baik, diharapkan masyarakat akan dapat mengenali tanda-tanda awal kusta dengan lebih baik dan segera melaporkannya kepada petugas kesehatan.

Melalui kegiatan ini, diharapkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait kusta dapat meningkat, sehingga jumlah penderita kusta di Indonesia dapat berkurang.

Komentar

Paling Banyak di Baca