Artikel Populer Bulan Ini

Pertempuran Besar Melawan Covid (Baru) di Mulai

Kok bisa? Bukannya kita udah bertempur dari bulan Maret 2019?

Pertempuran besar melawan Covid dengan melibatkan pasukan dengan armada inti justru baru dimulai. Siapa pasukan armada inti? Ya siapa lagi kalau bukan masyarakat. 




Dari bulan Maret saat kasus pertama di Indonesia diumumkan, menurut saya masyarakat sedang dilatih untuk menjadi pasukan perang sebagai armada inti. Dilatih untuk apa? Ya untuk menjalankan protokol kesehatan.

Dengan berdiam di rumah saja, masyarakat dilatih untuk menggunakan masker, cuci tangan dan menjaga jarak. Dari bulan Maret, sampai November kita (masyarakat) terus dilatih agar disiplin dan puncaknya adalah bulan Desember ini. Kenapa? Libur akhir tahun sudah di depan mata. 

Selama ini tenaga kesehatan berjibaku, para ahli berfikir keras dan pemerintah melalui satgas menyiapkan strategi terbaik untuk melawan pandemi ini. Dan ketika kebebasan masyarakat beraktivitas sudah mulai di “longgarkan” maka PERTEMPURAN BESAR MELAWAN COVID sejatinya baru dimulai.

Masyarakat harus siap menjadi pasukan armada inti untuk menghambat, menghentikan laju penyebaran virus. Sekaranglah saatnya materi selama 8 bulan yang sudah dilatih, kini diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Kita harusnya sudah sangat paham bahwa, dengan bersenjatakan handsanitizer/disinfektan, menggunakan tameng berupa masker lalu berstrategi dengan menjaga jarak adalah kunci utama mengalahkan pandemi yang sudah melanda negeri tercinta.

Beruntung buat para pasukan (masyarakat) yang dari awal sudah berlatih dengan sungguh-sungguh, sehingga saat terjun ke medan tempur sesungguhnya bisa lebih waspada. Lalu bagaimana, dengan mereka yang kurang disiplin berlatih? Semoga mereka mendapat hidayah, setidaknya mereka tidak menulari atau tertular virus dari kita.

Ini bukan sekedar omong kosong belaka, ini fakta ditunjang data. Menurut detikcom, selama 5 bulan pertama (dari Maret-Juli) pasien Covid tercatat 100.000 orang. Kita masih ingat, di 5 bulan ini disiplin ketat di rumah saja masih diterapkan. 1 bulan 20.000 terinfeksi, ingat-ingat angka ini.

Setelah bulan Juli, grafiknya mulai menggila. Dalam 3 bulan, sudah bisa menginfeksi 100.000 orang. 1 bulan kurang lebih 30.000 ornag terinfeski. Gimana? Masih kurang luar biasa brai. 

Cuma butuh waktu 1 bulan dari September ke Oktober untuk bertambah jadi 100.000 dan yang lebih gilanya lagi, TIDAK SAMPAI 1 bulan (masih dibulan Oktober) sudah ada 100.000 yang terinfeksi virus ini. Eddann 1 bulan 100.000 yang terinfeksi.

Memang jumlah yang terdeteksi ini terkait tracing yang semakin digiatkan, tapi ini juga bukti bahwa kita masih harus memperkuat protokol kesehatan untuk diri sendiri, terlebih jika di ruang publik.

Ada narasi yang sengaja disebarkan oleh orang-orang yang sudah jenuh dan mencari pembenaran, dengan berkata, “ Tenang aja, virus ini bisa disembuhkan gak usah takut sama korona”. 
Ada benarnya, karena memang korona bisa disembuhkan, tapi kita harus waspada biar gak tertular atau menularkan, kenapa?

Yang ngerawat kalian di rumah sakit sampai sembuh kalau kena korona siapa? Kalian gak mikir mereka udah bekerja mati-matian selama 8 bulan, trus dengan enteng bilang, kalau kena korona bisa sembuh, jadi jangan takut. Bahh.. egois sekali anda.

Sudah 200 dokter yang meninggal, sudah banyak perawat yang kelelahan dan sudah gak terhitung lagi rumah sakit yang overload bahkan harus mengorbankan ruang rawat non-covid untuk digunakan sebagai tempat isolasi. Akhirnya pasien non-covid pun kesulitan untuk mendapat kamar rawat inap.  

Buat teman-teman yang masih disiplin protokol kesehatan, mohon diingat, kita memang tidak mutlak terlindungi dari virus ini. Tapi jikapun takdir tuhan menentukan kita terinfeksi, maka tegak kepala kalian dan tersenyumlah, lalu berjalan dengan tenang ke kamar isolasi, sesungguhnya kalian sudah bertempur sekuat tenaga dengan hati dan jiwa untuk melindungi orang-orang yang kita sayangi dan diri kita sendri. Berbanggalah para pejuang.

Penggerakan Masyarakat Pencegahan Covid-19

Terkait hal tersebut maka, Kementerian Kesehatan Indonesia melalui Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, mengajak masyarakat dan komunitas untuk berperan serta dalam penerapan disiplin dan mengadaptasi kebiasaan baru (AKB) yaitu disiplin pakai masker, sering cuci tangan serta jaga jarak.

Pada hari Sabtu tanggal 12 Desember 2020, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan telah melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa YBKB).

Hadir pada kesempatan tersebut, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO selaku Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, dr. Nurwirah Verliyanti MKM, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan pihak YBKB yang diwakili oleh Yuki Wirabagja, Kepala Pengembangan YBKB dan Komunitas BloggerCrony. 




Di akhir acara, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO juga menyampaikan bahwa penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa ketika masyarakat menerima vaksin Covid-19, protokol kesehatan 3M masih perlu terus dilakukan, karena vaksin tidak 100 % melindungi masyarakat, namun dapat meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat dan membentuk kekebalan di masyarakat atau yang disebut dengan herd immunity.

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan memberikan bantuan kepada Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa berupa:

1. Sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun)
2. Sabun Cair
3. Masker Kain
4. Masker kain anak
5. Masker Medis
6. Sarung Tangan Medis
7. Face Shield
8. Hand Sanitizer
9. Thermometer gun




Harapannya dari komunitas inilah pemahaman mengenai bagaimana perlunya memperkuat disiplin protokol kesehatan bisa dimulai.

Pemerintah sudah tidak bisa lagi melarang masyarakat untuk beraktivitas, bagaimanapun roda ekonomi harus kembali berjalan. Tapi harap diingat bahwa virus ini tetap ada, virus yang mudah menginfeksi siapa saja, virus yang bisa disembuhkan tapi tetap bisa membunuh orang-orang yang kita cintai.

Jadi tetap waspada, mari mejadi prajurit armada inti yang berjuang menahan laju penyebaran virus ini dengan bersenjatakan handsanitizer/disinfektan, bertamengkan masker dan menerapkan strategi perang dengan menjaga jarak.


Komentar

  1. Masih terus harus berjuang kita lawan pandemi ini karena makin dekat dan makin banyak circle terdekat yg kena. Cuma kalau masyarakatnya susah dibilangin capek jg yaaa....tapi paling nggak, kita sendiri lah yang sadar membentengi diri.

    BalasHapus
  2. Bener banget nih,banyak yang udah gak aware pakai masker,padahal virusnya makin menggila,semangat mengkampanyekan protokol kesehatan ya.

    BalasHapus
  3. Nah bener banget. Kita harus punya kesadaran dan disiplin menerapkan 3M (sekarang 5M). Disiplin nggak boleh melemah atau kendor, dimulai dari sendiri dan keluarga

    BalasHapus
  4. Selain rajin cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak, tak lupa saya selalu berdo'a memohon perlindungan dari Allah swt, semoga pandemi segera berakhir.

    BalasHapus
  5. Dengan kita ikut mensosialisasi program pemerintah paling gak sdh menjadi garda terdepan dalam melawan virus ini. Semangat buat mas satto dan komunitasnya.

    BalasHapus
  6. Setuju tidak boleh lengah sedikit pun ya tetap lakukan 3M untuk mengurangi dan menghentikan persebaran virus. Dan memang jika dimulai dari lingk. terkecil seperti komunitas maka sasaran edukasi ini menjadi lebih luas ya kak

    BalasHapus
  7. iya sih kita bisa jadi prajurit, nyatanya orang2 diluar sana yang diharapkan jadi prajurit malah nyerang balik, itu kayak lagi pacaran eh ditikung T_T

    BalasHapus
  8. Semoga kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan protokol kesehatan makin meningkat ya kak, meskipun nantinya sudah mendapatkan vaksinasi

    BalasHapus
  9. Aku ingin covid usai. Meski vaksin Covid-19 sudah ada, protokol kesehatan 3M dalam beraktivitas masih terus dilakukan agar semua segera pulih. Semoga.. .

    BalasHapus
  10. Dari awal covid belum berani pergi jauh-jauh, mau pulang ke Bandung aja nggak berani takut bawa virusnya ke kampung soalnya di sana masih bersih.
    Dibetah-betahin aja bertahan di rumah, ke luar cuma kerja dan beli kebutuhan rumah. Selebihnya kalau nggak perlu-perlu amat di rumah aja dulu, ke luar rumah pun tetep harus patuhi protokol kesehatan.

    Semoga pandemi ini segera usai, kasian para nakes

    BalasHapus
  11. Hmm sampai udah ngga bisa berkata apa2 lagi mas. Ambyar seambyar ambyarnya yaa. Tapi tetap berjuang kok belum nyerah sampai sekarang. Ane demen nih sama istilahnya. Jadi prajurit armada inti. Yok bisa yok

    BalasHapus

Posting Komentar

Yesss, Terima kasih sudah membaca dan sampai dihalaman komentar
silahkan komentar atau kritik dengan bahasa yang positif.
Jangan tinggalkan link hidup, saya akan berusaha untuk mengunjungi blog teman-teman semua.

Paling Banyak di Baca