Artikel Populer Bulan Ini

75 Tahun Indonesia Merdeka, Berkaca Dari Kerusuhan Ambon 1999

Indonesia baru 75 tahun, kok baru? Iya baru, untuk umur sebuah negara. Apalagi kalau dibandingin sama bokap mertua gw yang umurnya lebih tua dari Indonesia. Jadi kalau masih banyak yang perlu dibenahi wajar aja. Dan kalau ada yang masih coba memecah belah Indonesia juga masih wajar, karena Indonesia begitu kaya atau bisa jadi karena masih ada negara lain yang punya dendam sama kita.



Kenapa tiba-tiba gw nulis tentang Kemerdekaan RI, ya suka-suka gw lah, ini kan blog gw dan mulai saat ini, melalui tulisan ini gw mau bikin kanal baru yaitu CELOTEHAN. Kanal yang berisi tulisan ngasal tapi gak asal, ceplos ceplas tapi gak bablas. Pokoknya lebih mirip diary jaman gw SMA lahh.

Yesss gw udah punya buku diary dari jaman SMA (pliiss jangan di bully) dan parahnya, beberapa minggu lalu gak sengaja nemuin lagi, and apesnya dibaca sama bokin (teman hidup) Gw. Hahahahaha, walau udah pernah baca, tapi begitu baca lagi, tetap aja bokin senewen dan gw merasa gelisah (geli-geli basah) haayaahhh.

Tapi beneran tulisan jaman SMA itu menggelikan sekali..

Waiitt, kita kan mau bahas 75 tahun Indonesia, kenapa jadi bahas masa SMA sih. Oke Masalah SMA gw bahas nanti, kalau artikel ini udah di share lebih dari 10 orang di twitter, karena ini artikel penting buat persatuan bangsa dan negara.

Jadi begini, kemarin gw lihat berita bahwa ada laporan dari Pentagon kalau Indonesia bakalan dijadiin pangakalan perang sama China. Haaahhh serius..? atau Cuma bacot aja?. Jujur pas baca beritanya gw ketawa sambil tersenyum simpul sambil mainin iket rambut.. heeehh?

Jujur nih, Amerika itu udah sensi atau bisa dibilang ketar-ketir sama China dari tahun 98, kok gw bisa tau?

Berawal saat gw dikasih pinjem buku tentang kerusuhan di Ambon. Buku ini ditulis oleh Almarhum pensiunan aparat berpangkat BrigJen, beliau menganalisa kejadian yang membikin kota Ambon terluka sangat dalam. Isu konflik agama pecah di Ambon karena didalangi oleh pihak asing, setidak itu penuturan beliau yang saat kerusuhan sedang menikmati masa pensiun di kota kelahirannya Ambon.

Ohh ya, buku yang gw baca gak ada di penerbit komersil. Beliau menulis sendiri, menyebarkan sendiri sebagai tanggung jawab moral kepada tanah kelahirannya, kota Ambon. Selain itu beliau ingin meluruskan opini saat aparat di fitnah mendukung salah satu pihak saat kerusuhan Ambon. Nyatanya, itu tidak terbukti.

Kerusuhan Ambon itu tahun 1999, kita mundur 1 tahun kebelakang yaitu tahun 1998. Indonesia dilanda kerusuhan, diawali krisis ekonomi, yang ujung-ujungnya terjadi kerusuhan besar dengan isu rasialis di Ibukota dan beberapa kota besar lainnya.

Sistem ekonomi lumpuh, sistem politik hancur, sistem keamanan porak poranda. Positifnya, rezim 32 tahun tumbang, walau banyak korban harta dan nyawa karena tragedi 1998.

Menurut analisa penulis, kejadian 1998 itu settingan dari negara adikuasa, siapa itu? Pasti tau dong? Negara besar itu, lewat Goerge Soros diminta (entah gimana caranya, gw gak tau ilmu ekonomi) untuk membuat Indonesia limbung secara ekonomi, sehingga tidak konsentrasi dalam menjaga ketahanan politik dalam negerinya.

Dan ini berhasil, buktinya Timor-Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi. Hmmmm kok tiba-tiba lompat ke Timor-Timur sik? Trus kepentingan negara adikuasa itu apa?

Nahh ini menarik banget, sebuah analisa puluhan tahun lalu tapi terkait dengan keadaan sekarang. Perang dagang antara China dan Amerika sebagai negara adikuasa, yahh gw sebut juga nama negaranya, bodo ahh.
Nggak Cuma perang dagang, pentagon udah mulai menghembuskan isu, China bakal bikin pangkalan militer di wilayah ASEAN salah satu negara bidikannya adalah Indonesia. Tujuannya apa? ya tentu agar sentimen negatif terkait China tetap tumbuh.

Amerika tidak mau sendirian, bagi sebagian kelompok masyarakat di Indonesia, sudah punya sentimen negatif terkait dukungannya terhadap Israel yang menduduki wilayah Palestina.

Sebenarnya menurut penulis, Amerika sudah khawatir akan kedigdayaan China dari tahun 1998 Brai, China adalah raksasa muda di Asia. 

Kita semua tahu mimpi Amerika untuk jadi polisi dunia. Salah satu caranya membangun pangkalan militer di negara yang menurut mereka strategis. Sekaligus menjadi benteng awal dari serangan musuh sebelum bisa masuk ke negara mereka.

Pernah denger cerita saat jepang menghancurkan Pearl Harbour?, Mereka trauma sama kejadian tersebut.

Untuk mencegah kejadian berulang, Amerika membuat pangkalan militer (kalau gak salah disebut Armada VII) dikawasan Asia yaitu di Filipina. Tapi masalahnya, Filipina pada tahun 1991 gak mau memperpanjang kontrak dengan Amerika untuk penempatan pangkalan militer mereka, kenapa? Bukannya menolak dollar dari Amerika, tapi karena di tahun 1998 sudah terdengar kabar China berhasil membuat rudal jarak jauh yang bisa menghantam Filipina secara langsung.

Amerika pun waspada dan Filipina gak mau ambil resiko, kalau beneran terjadi perang, habislah mereka jadi lapangan pertempuran China dan Amerika.

Mau tidak mau, Amerika harus angkat kaki dari Filipina dan mencari lokasi strategis baru untuk menempatkan pangkalan militer mereka. Tujuannya untuk menahan serangan China lebih awal, kalau-kalau perang benar terjadi. Sekali lagi ini baru kalau.

Indonesia jadi target pengganti Filipina, tapi politik bebas aktif kita, tidak memungkinkan itu terjadi. Amerika masih punya cara lain. Salah dua caranya, pertama melalu ekonomi, kedua lewat politik. Lewat ekonomi dengan membuat goyang Indonesia, secara politik dengan cara, sedikit demi sedikit “memecah” kepulauan Indonesia.

Target mereka adalah, Timor-Timur, Ambon dan Papua. Timor-Timur sudah berhasil mereka pecah lewat referendum, target selanjutnya adalah Ambon, kemudian Papua.

Dalam pemikiran mereka, membebaskan Papua adalah hal yang mudah karena rezim 32 tahun sudah memperlakukan saudara-saudara kita secara semena-mena, kalau Ambon (MALUKU) berhasil lepas, mereka akan mudah masuk ke Papua. 
Jadi medio 1998-1999 target awal mereka adalah Timor-Timur dan Ambon.

Nyatanya, Saudara-saudara kita di Ambon lebih pintar, lebih cerdas ketimbang propaganda pihak asing. Seluruh elemen bangsa ikut turun tangan dalam kasus Ambon. Tidak ada yang saling menyalahkan satu sama lain, semua berusaha mencari titik tengah untuk mendamaikan masyarakat Ambon. Kalau tidak salah, pak Jusuf Kalla ikut turun tangan dalam kasus Ambon.

Walau prosesnya butuh waktu lama memulihkan keadaan ekonomi dan budaya, tapi saudara-saudara kita di Ambon berhasil melewati cobaan terberat mereka.

Kini, berdasarkan cerita temen gw yang orang Ambon, saat mereka ketemu satu sama lain, terus gak sengaja ngebahas tahun 1999, tanggapan mereka sama. “kok bisa ya? Kita bertikai karena apa ya?” Karena memang kerusuhan itu pecah tiba-tiba dan menjadi besar tanpa di sadari apa pemicunya secara jelas oleh saudara-saudara kita di Ambon kala itu.

Gara-gara baca buku ini, gw jadi penasaran kenapa Amerika ngebet banget memainkan propaganda untuk memecah belah bangsa kita. Ini benaran dipecah dalam arti sesungguhnya loh ya..

Coba kalian tengok peta dibawah dan kalian akan paham kenapa banyak kekuatan asing yang ingin bermain diwilayah tersebut. Ketika Timor-Timur, Ambon kemudian Papua terpisah dari kita, area laut diantara ketiga pulau tersebut tentunya bukan lagi wilayah Indonesia dong.

Bayangin kalau Maluku dan Papua berhasil dilepas sama pihak asing? Mereka bisa seenaknya wara-wari perairan Maluku, Papua tanpa harus ijin ke Indonesia. Bahkan bisa jadi, mereka akan menempatkan kapal induknya di perairan tersebut

Amerika tentu akan lebih mudah mendekati ke negara-negara baru itu dengan berbagai cara, misalnya melalui ekonomi. Kalau cara ini berhasil maka Amerika punya kesempatan lebih besar menaruh pangkalan perang di 3 negara baru tersebut, ketimbang harus minta ijin dulu ke Indonesia. Pinter yak strateginya? 

Setidaknya, kalau benar Amerika dan China berperang dan Amerika butuh bantuan ke Australia sebagai sekutu mereka, dengan mudah bala bantuannya melintas melewati perariran laut yang sudah bukan menjadi teritorial Indonesia lagi.

Jadi perairan laut antara Timor-Timur, Ambon (kepulauan Maluku) dan Papua adalah wilayah strategis untuk pertahanan dan strategi perang Amerika. Untuk mengumpulkan pasukan, mencegat serangan China sebelum sampai ke Amerika atau untuk strategi melarikan diri jika terdesak oleh China.

Walau gagal “mengacak-ngacak” Ambon agar menjadi seperti Timor-Timur, Amerika masih bernafas lega karena Filipina tahun 1999 kembali mau diajak bekerjasama.

Setelah membaca halaman awal dari buku ini gw punya gambaran, bagaimana Indonesia diacak-acak. untuk memecah wilayah nusantara, Amerika tahu mereka gak mungkin perang dengan Indonesia untuk memerdekakan Timor-Timur, Ambon dan Papua.

Cara yang mereka lakukan adalah dengan isu HAM. Kenapa? Dengan isu HAM, mereka bebas masuk membawa nama dewan keamanan PBB. Kemudian mereka akan membuat laporan sedemikian rupa bahwa sudah terjadi pelanggaran HAM berat di tiga wilayah incaran mereka itu.

Langkah berikutnya mereka akan mengusulkan referendum yang harapannya 3 wilayah itu bisa terpisah dari Indonesia. Dan strategi ini berhasil melepaskan Timor-Timur dari Indonesia.

Gw sujud syukur saat baca buku ini Ambon dan Papua masih tetap bersama ibu pertiwi. Tahu gak isu apa propaganda di Ambon menurut buku ini? Mereka bilang ada 8000 saudara-saudara Nasrani kita dibunuh oleh saudara-saudara muslim Ambon. 

Kenyataannya, tidak ada bukti pembunuhan masal itu. Walaupun kalau ditanya, emangnya Amerika yang propaganda di Ambon? Dibuku inipun gak ditampikan bukti fisiknya, tapi hanya analisa yang sangat masuk akal.

Memang ada korban jiwa di kedua belah pihak dengan jumlahnya yang tidak sedikit, mungkin mencapai ratusan. Dan yang bikin sedih, korbannya bukan karena saling tikam antara masyarakat yang tidak paham apa terjadi, tapi ada yang sengaja dibunuh oleh pihak pembuat propaganda untuk mengadu domba masyarakat Ambon dan mencuri perhatian dunia terkait pelanggaran HAM berat. Informasi ini saya sarikan dari buku tersebut.

75 tahun Indonesia merdeka dan yang masih sering coba di “ganggu” adalah Papua. Gw bisa paham dan memaklumi, luka 32 tahun diperlakukan tidak adil oleh rezim pasti masih membekas di benak saudara-saudara kita, Penulis buku paham betul akan hal itu.

Beliau menulis, setelah lulus dari Seskoad langsung ditugaskan di Papua. Dan setelah itu pindah ke Jawa Barat. Dilain kesempatan beliau meminta untuk ditugaskan kembali ke Papua, yang langsung di setujui, kenapa?

Karena pada masa itu tidak akan ada perwira yang dengan kemauannya sendiri bertugas di Papua, tapi beliau melakukannya sampai 3 periode, terakhir pada tahun 1993, Beliau juga pernah menjadi Korem 174.

Cukup aneh kan, Papua, daerah yang kala itu (konon) saat malam hari warna keemasannya akan terlihat dari lautan harusnya menjadi daerah makmur dan kaya tapi kenapa tidak banyak perwira yang mengajukan diri untuk bertugas disana?

Kalau menurut saya, selain sarat konflik, Papua kala itu menjadi anak tiri bangsa ini. Kurangnya pembangunan infrastruktur, minimnya perhatian pemerintah pusat menjadikan daerah kaya ini seperti terbelakang. Bayangkan saat bertugas di papua, beliau sering menjadi tempat curhat generasi muda Papua, yang sudah mulai gerah.

Salah satu curhatan orang muda Papua kala itu bahwa tidak mungkin ada orang Papua bisa menjadi PNS di luar Papua. Tapi mereka (di Papua) malah dipaksa untuk menerima orang-orang jawa (luar Papua) untuk menjadi PNS di bumi cenderawasih. Gw dengernya sih kesel yaak.

Kini tugas berat ada di tangan pemerintah, bagaimana memperlalukan saudara-saudara kita lebih baik. Mulai dari ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Memberikan kesempatan yang sama bagi putra-putri Papua untuk bisa berkontribusi bagi bangsa ini.

Tidak menjadikan tanah Papua sebagai sapi perahan bagi sebagian pihak. Sudah saatnya kekayaan alam Papua dinikmati oleh saudara-saudara kita disana secara mandiri dibawah bendera NKRI. Dan saya yakin seluruh elemen bangsa Indonesia hari ini, berusaha agar Papua makin sejahtera dan mendapatkan hak atas kekayaan alam mereka.

75 Tahun Indonesia, percayalah masih banyak pihak asing yang akan memanfaatkan, mencari peluang untuk mengacak-ngacak bangsa ini. Tugas kita bersama untuk tetap menjaga kesatuan NKRI dengan saling menghargai dengan perbedaan budaya yang kita miliki.

Mulai menghargai minoritas tanpa memaksakan keinginan pihak mayoritas bisa menjadi langkah awal saling menghargai. Karena mengikuti seluruh kemauan mayoritas dan membuat minoritas merasa tertekan itu bukan saling menghargai juga bukan demokrasi tapi itu bentuk baru tirani.

Mari kita jaga keutuhan bangsa ini, biarkan saja riuh kisruh politik di kalangan elit, yang penting kita rakyat di akar rumput jangan terpancing untuk saling “menyakiti” satu sama lain. Indonesia adalah tanah ajaib, orang bilang, tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, lirik lagu Koes Plus sudah menggambarkannya.

Kalau ngomongin Indonesia sekaya apa, gw sempat pernah dengar cerita dari seseorang (sebut saja Om K) yang pada tahun 1970an bekerja untuk perusahaan luar negeri (gw lupa bergerak dibidang apa dan dari negara mana). Tugas dia adalah mengambil foto udara seluruh wilayah Indonesia.

Om K cerita, setiap minggu kerjaannya bolak-balik foto udara mulai dari Aceh sampai Papua. Dan menurut beliau, Papua tidak hanya emas dan tembaga, tapi punya kandungan uranium salah satu yang terbaik didunia. Beliau sempat menyesal, “telah menjual Indonesia” tentunya secara tidak langsung.

Itu baru di Papua, kandungan minyak kita pun sangat banyak dan tersebar di antero negeri. Sayangnya gw udah gak ketemu sama om K untuk bisa tau cerita secara detil.

Penutupnya kurang lebih gw bakal bilang, jangan langsung terprovokasi untuk membenci China atau Amerika. Karena mereka berdua mempunyai banyak kepentingan di Indonesia. Kita gak tau rencana apalagi yang akan raksasa dunia (Amerika) dan raksasa muda (China) lakukan untuk Indonesia. Mulai dari minjemin duit sampai ngobok-ngobok politik Indonesia, bisa saja mereka lakukan.

75 Tahun Indonesia Merdeka, yang harus kita perbuat adalah memanfaatkan kesempatan ini untuk bersatu dan mengembangkan semua sumber daya alam untuk kekayaan kita bersama sebagai sebuah bangsa yang merdeka. SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA...!!! 
.

Komentar

Paling Banyak di Baca