Jadi rada-rada gemes bingung gak tau mau kemana, beruntungnya saya kesini dalam rangka bekerja, jadi dinikmati saja. Selain itu ada kawan yang tahu seluk beluk kota yang luasnya hanya 633.66 kilometer persegi ini.
![]() |
Hamparan kebun teh adalah pemandangan wajib di kota Pagar Alam. |
Coba bandingkan dengan Jakarta yang jumlah penduduknya 10jt. Dan ini yang tercatat di KTP, blum lagi pas jam kantor saat para pekerja yang tinggal di kota penyangga tumplek blek masuk kedalam kota, mumeettt braii..
Sedikit ilustrasi, kepadatan penduduk di Pagar Alam itu, 211 jiwa per Kilometer persegi. Biar gampang, analoginya saya bikin mudah. Semua pasti pada tahu area Monumen Nasional (Monas) kan? Luas monas 80Hektare berarti kurang dari 1 kilometer persegi.
Jadi coba kita bayangin, area Monas tersebut Cuma dihuni oleh 211 orang. Gimana? Kebayang sepinya gak? Nahh itulah kota Pagar Alam, kalau kita bandingkan luas daerah dan jumlah penduduk. Sumpah, ini jadi tempat yang nyaman untuk istirahat dan merefleksi diri. Sedangkan kalau mau tahu kepadatan Jakarta, bayangkan aja area monas itu diisi oleh 15ribu orang, guubbraakk..
Tapi jangan langsung jadi parno, takut dan ragu kalau ke Pagar Alam bakalan hidup dan tinggal di pedalaman yang jauh dari teknologi. Gak gitu juga Braii, Kota Pagar Alam layaknya kota-kota di pulau Jawa. Sangat hidup disiang hari tapi begitu malam menjelang, langsung cepat senyap.
![]() |
Salah satu warung kopi yang sempat saya singgahi |
Itulah kenapa saya ingin ke Pagar Alam lagi, untuk bisa lebih eksplore dengan santai menikmati wangi kebun teh yang tersapu angin gunung Dempo. Mimpinya saya roadtrip dari Jakarta menuju Pagar Alam, doakan ya Braii.
Kalau dilihat dari sejarahnya, wilayah Pagar Alam merupakan daerah kerajaan Jagat Basemah, yang Rajanya biasa disebut Ratu masih keturunan dari Majapahit. Mereka migrasi ketika Majapahit mulai mengalami keruntuhan di abad ke-6.
Seiring berjalannya waktu kerajaan Jagat Basemah pada generasi kesepuluh menyatukan diri dengan kerajaan Palembang. Dan menariknya bukan karena ditaklukkan tapi secara sukarela, Salah satu bukti adalah masih adanya gelar Ratu/Raja sampai di keturunan ke-12 kerajaan Jagat Basemah.
Bahkan saat kerajaan Palembang ditaklukkan Belanda, Kerajaan Jagat Basemah tidak ikut tunduk. Mereka melawan invasi Belanda dan Perlawanan kerajaan Jagat Basemah tercatat dalam sejarah sebagai perlawan paling lama di Sumatera Selatan saat melawan Belanda di abad-19, yaitu selama 50 tahun.
![]() |
Selain teh dan kopi, coklat juga menjadi komoditas Pagar Alam dan kabupaten Lahat |
Kalau kita main ke Pagar Alam, maka kita akan dimanjakan oleh hamparan kebun teh yang sangat luas sepanjang mata memandang. Ini memang menjadi potensi keunggulan masyarakat sekitar selain kopi. Setidaknya itu yang saya rasakan di malam pertama usai mengisi perut, tepat di sebelah warung makan kami ada sebuah kios kecil yang sedang menggiling biji kopi dengan cara manual. Aroma kopi yang tercium sangat khas, sampai terbawa mimpi malam itu.
![]() |
Curup embun, jangan sekali-kali mendekat dengan membawa kamera kalian. Karena percikan airnya cukup deras. |
Saat kami tiba di curup embun, airnya berwarna coklat, menurut kawan yang memandu, hal ini di karenakan baru turun hujan, jadi airnya tidak sejernih biasanya. Alhasil kami hanya menikmati percikan air yang menerpa keras kebadan kami. Walau tidak berani mendekat ke area air terjun, tetap saja kami basah kuyup.
![]() |
Bermain air, sayang kondisi airnya tidak terlalu jernih. |
Hotel dan Penginapan di Pagar Alam
Infrastruktur kota Pagar Alam yang memisahkan diri dari kabupaten Lahat pada 2001 ini sudah sangat baik. Jalan beraspal disebagian besar kota, signal telekomunikasi baik (setidaknya saya gak dibikin kesal), fasilitas kesehatan sampai warung modern sudah banyak disetiap sudut kota.Pemerintah setempat sangat paham bahwa untuk menjual pariwisata Pagar Alam, semua infrastruktur harus dibenahi terlebih dahulu. Terlebih jalan darat, karena ini masih jadi akses terpenting untuk bisa ke Pagar Alam.
Ada penerbangan dari Palembang atau Bengkulu (kalau saya tidak salah), tapi karakter geografis Pagar Alam dengan dataran tinggi dan berbukit jadi kendala tersendiri. Seorang kawan pernah bercerita, pesawatnya harus balik ke bandara asal, tidak bisa mendarat karena saat itu disekitar bandara Pagar Alam dikelilingi kabut.
Selain akses jalan yang sudah cukup baik, tempat menginappun sudah sangat banyak dan bervariasi dengan menawarkan keunikan masing-masing, tentunya dengan harga yang relatif terjangkau.
Rekomendasi saya adalah D’Cabin Pagar Alam, kenapa? Karena ini pengipanan pertama saya di Pagar Alam dan sangat tidak mengecewakan.
Lokasi D’Cabin dikelilingi kebun teh tapi tidak jauh dari jalan raya. Dari lobby kita bisa melihat jalan raya dan kebun teh secara bersamaan.
Suasana saat bangun tidur di pagi hari yang bisa kita nikmati adalah aroma daun teh yang basah oleh embun, melihat matahari yang muncul dibalik bukit dan menapaki ruas jalan setapak di antara sela tanaman teh yang menghijau sambil berinteraksi dengan warga yang sedang beraktifitas.
![]() |
D'Cabin saat malam menjelang. posisi kamar ada di kanan dan kiri. Bagian tengah bisa digunakan untuk berkumpul menikmati malam |
Yang bikin saya jatuh hati adalah, area tengah yang dibiarkan luas dan diisi meja dengan kursi disekitarnya. Asik banget buat ngobrol ngalor-ngidul menatap bintang sambil megang segelas teh, sesekali menggigil kedinginan karena angin gunung yang datang tiba-tiba. Wajar saja, karena lokasi D'Cabin berada di bawah kaki Gunung Dempo.
Di pojok tengah dan kanan ada ruang makan, sebelah kiri ada dapur yang bisa digunakan bersama untuk masak air dan meminjam peralatan makan. Baiknya setelah selesai peralatan makannya dicuci agar tidak merepotkan tamu lain yang akan menggunakan.
D’Cabin Pagar Alam, walau tidak terlalu luas, tapi punya sudut-sudut yang menarik untuk objek foto. Selama kami menginap disana, setidaknya ada 2 rombongan yang memanfaatkan lokasi D’Cabin untuk berfoto. Sepasang calon pengantin yang sedang prewed dan influencer lokal yang sedang cari spot foto untuk produknya.
![]() |
D'Cabin sering dijadikan lokasi pemotretan Pre-Wedding |
Semakin panjang menulis tentang Pagar Alam, saya semakin kesel dan gemes mau balik lagi. Jadi baiknya saya sudahi saja, sambil riset mencari jalur paling aman dan nyaman, persiapan kalau mau ke Pagar Alam lewat jalan darat dari ibukota.
Atau teman-teman punya rekomendasi jalur? Pliss tulis dikolom komentar ya.. Tulisan selanjutnya adalah pengalaman jalan darat dari Palembang ke Pagar Alam.
Pagar Alam, saya akan datang kembali.
Hamparan kebun teh dengan view Gunung Kerinci. Jadi ingin ke Pagar Alam
BalasHapusbelum pernah ke Palembang, begitu juga ke Pagar Alam
BalasHapuswishlist bisa explore kota-kota di Sumatera.
Baidewei, bentuk penginapannya estetik, buat foto-foto baguss banget itu