Artikel Populer Bulan Ini

Cerita Dari Mereka yang Terdampak Korona

Nggak kerasa brai,  udah hampir sebulan aktifitas gerak kita dibatasi gara-gara wabah virus korona brengsek ini.  Maaf kalau berkata kasar,  tapi ini virus emang brengsek,  gak cuma bisa bikin orang sakit lalu meninggal,  tapi juga bikin orang pada pinter nyebar hoaks dan jadi pada berasa pinter dengan segala dalil dan teorinya padahal bukan ahli virus atau ahli kesehatan.

Foto hanya illustrasi, temen-temen saya, yang ada di foto ini nggak ada yang jadi tukang bubur atau driver online. Saya hanya rindu berkumpul dan berjejaring kaya gin
Yang perlu kita pahami adalah semua lapisan masyarakat terdampak, walau seberapa besar dampaknya dan cara menyikapinya berbeda-beda setiap orang. Ada yang santuy cenderung bodo amat, ada yang santuy tapi waspada, ada yang parno gak beraturan, yang akhirnya malah bikin orang lain khawatir tanpa ngasih solusi yang bermanfaat.

Gara-gara virus ini,  kita sesama saudara jadi saling menyudutkan, saling curiga satu sama lain dan saling merendahkan diri masing-masing.

"Karyawan sih pada enak, gaji bulanannya tetap di transfer, jadi disuruh kerja dari rumah malah pada seneng".

"Kalian enak banget gak usah mikirin cicilan rumah sama mobil, lah gw nih yang pusing. Tinggal ikutin anjuran tetap di rumah aja susah banget sih".

"Asal lo tau aja, gw sama temen-temen yang kerjanya harian dan gak punya dana cadangan yang paling terdampak gara-gara korona, kalian masih beruntung bisa WFH"

"Gw rasanya mau bunuh diri nih,  kalau di rumah mulu gak bisa kemana-mana".

sekilas kalimat-kalimat itu melintas di kuping ataupun di timeline sosial media. Saya coba memahami, bahwa tingkat depresi atau tekanan mental dan tuntutan hidup sangat berat dimasa sekarang. Disebuah media masa nasional dirilis bahwa orang yang terkena psikomatis cukup banyak.

Saya jadi berfikir, apa yang ada dibenak kedua orang tua saya saat tahun 1998-2000 terjadi krisis moneter yang menyerang Indonesia. Apakah perasaan mereka sekalut seperti saya sekarang ini.

Orang-orang seumuran saya, melihat krisis di tahun 1998 mungkin hanya melihat kerusuhan besar dan memakan banyak korban jiwa, tapi dampaknya bagi usaha dan penghasilan keluarga, kami tidak pernah tahu secara detil.

Apakah mereka khawatir, seperti saya yang khawatir kapan wabah ini berakhir sehingga kita bisa beraktifitas kembali dan mencari nafkah secara normal. Sepertinya efeknya Covid-19 lebih hebat dari krisis ekonomi 98.

Covid-19 adalah pagebluk yang (bisa saja) mengakibatkan krisis ekonomi dan juga krisis sosial. Kalau pemerintah tidak segera membuat peraturan yang bisa menjaga keseimbangan dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Bertahan Hidup di Masa Pagebluk Korona 

Semasa karantina,  kami relatif jarang membeli makanan dari luar.  Dengan ilmu memasak seadanya,  kami mengolah bahan yang kami beli di pasar tradisional maupun di swalayan dekat rumah.

Ini salah satu cara kami bertahan di masa pagebluk korona brengsek ini. Alasannya untuk menghemat pengeluaran dan yang penting adalah agar tidak sering-sering keluar rumah untuk sekedar cari makan atau berbelanja harian.

Diawal-awal kami belanja untuk satu minggu, namun kini kami persingkat jadi 3-4 hari untuk berbelanja di pasar tradisional. Itupun kami sudah tahu tukang sayur mana yang buka sampai 24jam supaya kami bisa berbelanja di malam hari, saat sudah sepi.

Sampai akhirnya saya harus keluar untuk membeli bubur ayam langganan. Karena ibu mertua yang meminta, jadilah saya membelikan pesanan beliau untuk sarapan pagi.

Bubur ayam ini sudah jadi langganan lebih dari 10 tahun lalu, harganya sedikit mahal (masih dibawah 15rb) tapi buburnya padat, sate lengkap dan ada empingnya. Ini yang jadi ciri khas bubur kang Tatang.

Sampai di gerobaknya, saya langsung disambut sumringah kang Tatang yang seakan rindu setelah lama tak ketemu.

"Gimana kang jualannya? " Saya langsung membuka percakapan, sambil memberikan wadah untuk bubur dan handsanitizer untuk disimpan di warungnya agar bisa digunakan oleh siapa saja.

"Waaah lumayan ngedrop nih. Biasanya sehari itu habis 16 liter, kalau weekend bisa sampai 20 liter. Kalau sekarang 6 liter aja nggak habis". Ujar kang Tatang sambil mengajak saya melihat kedalam panci buburnya yang masih penuh.

Harus diakui, bubur kang Tatang di Komplek Taman Asri Ciledug ini memang selalu ramai. Kalau saya datang jam 10 siang saat weekend,  kemungkinan besar sudah habis.

"Modal jualan perhari itu 1.7jt, biasanya tuh omset perhari antara 2.5jt sampai 3.5 juta,  sekarang mah 2 juta aja sudah syukur. Dua hari lalu malah nombok". Lanjut kang Tatang.

Tapi kang Tatang bersyukur sudah mempunyai tabungan untuk pulang dibulan Ramadhan nanti. Gerobak buburnya memang selalu tutup saat Ramadhan sampai usai Idul Fitri.

Pagebluk korona yang merebak antara bulan Februari-Maret, membuat kang Tatang masih bisa bernafas lega, karena pertengahan April, saat memasuki bulan Ramadhan, dia sudah tidak lagi berjualan. Alasannya sederhana, biar ibadah Ramadhan lebih fokus.

Lain lagi cerita kawan saya pengemudi taksi online. Saya memanggilnya Ncex, bukannya rasis, tapi memang dia yang meminta dan tidak keberatan dipanggil seperti itu karena matanya yang kecil walau dia bukan dari ras Tionghoa.

Sudah lebih dari 5 tahun jadi pengemudi taksi online, konsisten tidak pindah-pindah aplikator. Sudah paham seluk beluk driver online, saya banyak belajar dari Ncex mengenai jalanan Jakarta dan driver online.

Gara-gara wabah ini, Ncex harus berfikir keras. Bayangkan pendapatannya berkurang 90%, bahkan bisa sampai minus yang artinya pernah dalam satu hari tidak mendapat penghasilan sama sekali malah nombok untuk bensin dan makan.

Sebenarnya saat wabah ini baru mulai masuk ke Indonesia, Ncex masih tetap turun ke jalan. Dan itu sudah ada penurunan penghasilan.

Saat pemerintah umumkan kasus pertama, grafik penghasilannya mulai menukik tajam.

Ncex sempat tidak narik, selama 1 minggu, ketika untuk pertama kalinya dihimbau pemerintah untuk tidak keluar rumah, tapi kebutuhan keluarga yang harus terpenuhi, cicilan mobil yang tidak bisa menunggu memaksa Ncex harus turun kejalan.

"Baru dua hari nih turun lagi. Hari pertama 250rb (kotor), sedangkan hari  ini sampai jam 13.00 blum ada sama sekali orderan". Ujarnya saat saya chat via WA.

Makin hari kondisinya tidak kunjung membaik,  Ncex harus tidur dikendaraan karena kalau harus pulang kerumahnya di daerah Bekasi malah membuat boros bensin.

Selain itu, alasan utama tidak sering-sering pulang adalah untuk memperkecil resiko penularan Covid-19  kepada keluarganya dirumah.

Dalam kondisi normal,  paling sedikit dia dapat penghasilan kotor diantara 600.000 sampai 1 juta rupiah perhari. ini blum dipotong fee aplikator sebesar 20% plus bensin dan makan.

Saya sempat iseng bertanya,  udah ada penumpang yang kasih bingkisan atau tanda solidaritas terkait Covid-19.

"Blum ada bro" Sambil memberikan emoticon senyum.

"Yang ada malah banyak yang khawatir,  tanya-tanya kok gak pake masker (kalau lagi lupa pakai),  sehat apa nggak, kaya pada takut gitu?" Lanjut Ncex.

"Sebenarnya teman-teman pengemudi saat ini juga khawatir kalau mendapat orderan anter atau jemput ke rumah sakit,  apalagi rumah sakit rujukan Covid-19. Jadi kita juga saling jaga sama-sama aja" Menutup percakapan kami via WA siang itu.

Semoga wabah ini cepat berlalu,  sekalipun masih lama, saya berharap pemerintah bisa memberikan solusi terbaik untuk masyarakat luas.

Untuk makan sehari-hari mungkin bisa dicari dan memang sudah banyak yang membantu dari berbagai elemen masyarakat luas.
Rakyat Indonesia terkenal begitu guyub membantu sesama untuk sekedar hidup sehari-hari walau sebenarnya kita juga dalam kondisi sulit.

Tapi hidup bukan hanya sebatas makan saja kan? Banyak hal yang harus dipenuhi, listrik, cicilan, air PAM dan lain sebagai. Ini harus jadi perhatian juga.

Sekali lagi saya berharap pemerintah bisa memberikan kebijakan untuk memudahkan masyarakat di tengah wabah ini. Yang tidak kalah penting, semoga wabah ini cepat berlalu. #Covid19 #CeritaCovid

Komentar

  1. Kita semua juga kena dampaknya. Semoga saja wabah ini segera berlalu dan bisa lancar lagi rezekinya.

    BalasHapus
  2. "wabaaah pasti berlalu ... wabah pasti berlaluuuu" #nyanyibadaipastiberlalu

    Si wabah teh bukan aja bikin rungsing (pusing) warga +62 tapi seluruh dunia lagi tiarap.

    Gue udah tiarap dari akhir februari om Satto. Trip dan events (MC) dibatalkan semua dan juga ada yang diundur tapi wallahualam diundurnya kapan 😂

    Ya cuma bisa berserah diri, sabar, iklas dan tetap bersyukur masih bisa lancar kentut. Dan, dalam kondisi gini harus tetep kreatip ~ biar kere yang penting aktip (ngapain kek: ngepel, nyapu, nge-blog, bikin podcast, baca, ngaji, dandan). Kalo ga mah bisa gilaaaaak!!!

    Tapi, kesian sama mereka yang bener-bener hidup susah. Beras aja mungkin ga punya 😰

    Inshaallah kita semua kuat menghadapi ujian ini. Dan, badai Covid-19 akan segera berlalu. Dan, ketika ini semua berlalu, inshaallah hidup kita semua akan lebih baik. amminn.

    BalasHapus
  3. Sedih kalau baca-baca cerita yang terdampak gini ya, Kak
    Beberapa tetanggaku juga terdampak. Ada yang punya kios di RS, biasanya ramai khan yang belanja, baik dari pembezuk maupun keluarga pasien. Sekarang RS sepi, jam bezuk ditiadakan. Orang2 juga takut ke RS. Berefek banget sama penghasilan warungnya
    Yang dagang sayur, dagang makanan juga begitu, semua terdampak

    Tapi kalau aku bilang sih ada kok hikmah dari semua ini
    Mulai dari meningkatnya kesadaran akan kebersihan dan kesehatan
    Juga menggugah rasa kepedulian kepada sesama

    Semoga wabah ini segera berlalu
    Dan kitakembali hidup normal seperti dulu

    BalasHapus
  4. Semoga pandemi ini lekas berlalu. Sedih sebenarnya dengan keadaan yang seperti ini. Bersyukur untuk yang pekerjaannya masih bisa diselesaikan dari rumah. Semoga pandemi ini lekas berakhir.

    BalasHapus
  5. Semangat mas satto, semoga teman teman lain yang terdampak dengan pandemik ini bisa dikuatkan. yuk dirumah aja, jangan keluar rumah kalau tidak perlu .. stay safe and take care :)

    BalasHapus
  6. iyaaa semua emang susah gara-gara corona yeuh.. mau maki-maki ya ntar stroke sendiri... mending banyakin mamam aja dahhhhh... ama kupi jangan lupa

    BalasHapus

Posting Komentar

Yesss, Terima kasih sudah membaca dan sampai dihalaman komentar
silahkan komentar atau kritik dengan bahasa yang positif.
Jangan tinggalkan link hidup, saya akan berusaha untuk mengunjungi blog teman-teman semua.

Paling Banyak di Baca