Artikel Populer Bulan Ini
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Label
Ketika Rokok Menjadi Candu Berbahaya di Bawah Kokain dan Heroin
Kemarin saya
membaca headline sebuah media daring nasional tentang pemerintah yang mengganti gambar peringatan
kesehatan di bungkus rokok. Dari 5 gambar yang sudah ada, 3 gambar akan di
ganti dan 2 gambar diantaranya merupakan gambar penderita penyakit akibat rokok dari Indonesia.
Gambar peringatan
rokok yang hanya baru mencapai 40% dari bungkusnya ini menurut saya masih
kurang efektif. Bahkan para perokok seakan tidak peduli, mungkin pemerintah bisa
mengambil langkah lebih tegas lagi misalnya menaikkan harga rokok.
Memang sih,
per-Januari 2018 pemerintah sudah menaikkan harga cukai rokok sebesar 10,04
persen, tapi itu menurut saya masih kurang. Mungkin pemerintah punya pertimbangan
salah satunya kesempatan kerja, terutama untuk para petani lokal tembakau dan buruh
rokok.
Menurut Dr.
Anwar Abbas pengurus pusat Muhammadiyah yang hadir pada diskusi publik “Rokok
dan Puasa” yang di fasilitasi oleh Komnas Pengendalian Tembakau pada 28 Mei
2018, Muhammadiyah sudah mengeluarkan Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid tentang hukum merokok.
Bahwa sebenarnya menjadi petani tembakau bukan hal yang menjanjikan, bahkan di Indonesia sudah tidak
ada lagi petani tembakau yang murni. Para petani tembakau, sebagian besar sudah mempunyai kerjaan sampingan atau menanam
tanaman lain diluar tembakau untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Upah buruh tani tembakau yang masih jauh di
bawah UMK (Upah Minimum Kabupaten), memerlukan upaya pemerintah yang lebih serius, agar para
petani tersebut bisa alih usaha dari sektor tembakau ke usaha lain yang lebih produktif dan kreatif.
Fakta menarik
yang saya dapat dari diskusi tersebut adalah, bahwa rokok merupakan salah satu
bentuk narkoba, karena didalam nikotin terdapat zat adiktif. Yang mengungkapkan
hal ini adalah dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Spkj (K), MP, Psikiater RS Jiwa
Soeharto Heerdjan.
Menurut penelitian, zat adiktif atau candu pada nikotin sangat tinggi dan berada diperingkat ketiga di bawah kokain dan
heroin.
Dan parahnya lagi zat adiktif nikotin lebih kuat ketimbang alkohol, jadi wajar dong kalau
nikotin atau rokok di anggap salah satu bentuk narkoba oleh dr. Adhi?
“Nikotin
pada rokok memiliki adiksi yang sangat kuat sehingga perlu niat yang tinggi
untuk berhenti”. Ujar dokter yang juga menjadi direktur eksekutif Indonesia Neuroscience Institute (INI).
Bahkan
dengan tegas dr. Adhi menyebut bahwa para pecandu rokok itu sebenarnya mempunyai kecenderungan
gangguan jiwa.
Masuk akal juga sih, kalau kita lihat para perokok itu seakan
gelisah dan tidak bisa konsentrasi saat mereka tidak merokok bukannya itu merupakan
indikasi ada yang salah dengan jiwa mereka?
Yang harus
dipahami oleh para perokok terutama yang sudah berkeluarga, asap rokok yang
menempel di tembok rumah, yang melekat di baju dan sofa ruang tamu akan selalu ada dan siap
meracuni orang tersayang kita yang tidak merokok.
Dan
berdasarkan penelitian soerang professor dari Belanda, jika orang tuanya merokok,
maka 75% anaknya akan jadi perokok. Jadi kalau anda perokok, jangan salahkan
anak anda kalau merokok, ada baiknya introspeksi diri terlebih dahulu.
Kebanyakan
para perokok selalu berdalih bahwa mereka merokok tidak merugikan orang lain,
malah membantu pemerintah dalam hal devisa dari cukai rokok. Baahhhh,…logika
dari mana ini kawan?
Menurut data
Kementerian Kesehatan pada tahun 2016, ada beban anggaran JKN atau BPJS
membengkak sebesar 1,69 triliun untuk membantu pasien yang berobat karena
penyakit terkait konsumsi rokok. Dan saya yakin tahun 2018 angkanya akan
semakin bertambah.
Karena
angka prevalensi rokok Indonesia tertinggi di dunia, dengan harga
rokok yang sangat murah, usia mulai merokok pun semakin muda.
Kalau di tahun 2000 usia
10-14 tahun hanya 9.5% anak usia dini yang baru mulai merokok, di tahun 2013
naik menjadi 17,3%.
Logikanya,
makin kesini akan makin banyak orang yang sakit terkait rokok, belum lagi para
orang tua yang di tahun 2018 kondisi fisiknya menurun dan mulai terdampak gaya
hidup merokoknya.
Jadi kalian para perokok jangan bangga dulu menjadi penyumbang
devisa dari cukai yang kalian beli, toh sejujurnya cukai rokok itu masih
kurang untuk menanggung beban biaya BPJS kalau kalian harus dirawat.
Sejujurnya
saya sedikit iri (sedikit ajaah) sama para perokok, kalau saja mereka menabung
uangnya ketimbang dibakar menjadi asap dan abu, mereka bisa ganti Smartphone
baru tiap tahun.
Hitungan kasarnya adalah, kalau sehari menghabiskan rokok satu
bungkus seharga rp.20.000,- dalam sebulan mereka bisa nabung sebanyak rp.600.000.
Dan dalam setahun terkumpul rp.7.200.000, bayangin kalau ini dikumpulin terus
sampai 10 tahun, para perokok itu bisa punya tabungan rp.72.000.000. Keren kan?
Rincian
diatas saya dapat dari Dr. Abdillah Ahsan Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis
Syariah (PEBS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. Yang sore itu juga menjadi salah satu narasumber.
Upaya
pengendalian tembakau dan sosialisasi bahaya rokok harus tetap digerakkan walau
akan mendapat pertentangan yang luar biasa, entah dari pengusaha ataupun para
perokok. Tapi kalau dijalankan secara konsisten, persuasif dan kreatif mentargetkan anak muda saya pikir akan lebih berdampak. Salah satunya melarang iklan rokok di semua materi iklan.
Kalau para
perokok tua, biarkan saja lah, sudah susah untuk diingatkan. Biarkan mereka
jera dengan sendirinya dan kita doakan agar sehat-sehat selalu sampai ajalnya
jadi tidak merepotkan orang terdekat saat merasakan dampak akibat mengkonsumsi rokok.
Hadir pula bp.Fuad Baradja (kiri) yang sedang melakukan terapi totok untuk perokok yang hadir di acara agar bisa berhenti mengkonsumsi rokok. |
Komentar
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
ASUS INTEL Blog Competition
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
saya dulu perokok aktif, sehari bisa satu setengah bungkus.. saya berhenti merokok karena saya sempat pusing selepas naik kapal ferry.. ketika saya merokok dan kepala masih sedikit pusing, itu pusing timbul lagi, malah datang mual.. setelah sekian lama pusingnya mulai hilang, akhirnya saya terbiasa tidak merokok.. hingga hari ini.. uang rokok dulunya saya pergunakan untuk kegiatan berdagang pada jual beli online facebook..
BalasHapusHitungan ongkos rokok bisa jadi telepon pintar ini membuat perokok harusnya terinspirasi. Eh, setuju banget sama judulnya. 😀 Rokok=Narkoba.
BalasHapusBener juga kakak satto. Kalau uang untuk beli satu bungkus rokok ditabung tiap hari, uangnya bisa buat beli smartphone bagus kalau nabung beberapa bulan saja. Sedihnya aku sering melihat anak-anak remaja sudah mulai merokok. Ada yang masih pakai baju putih abu-abu malah.
BalasHapusNo offense buat para perokok, tapi aku emang benci banget sama perokok kak Satto. Menurut aku mereka itu menyebabkan polusi udara. Ampun deh, udah gitu egois banget dikata udara cuma dia aja yang hirup. Kami-kami ini kan juga kepingin menghirup udara bersih. Beberapa kali pengalaman berseteru dengan perokok di ruang publik dan lucunya malah aku yang dibully. Sedih kan.
BalasHapusSetuju banget kalau harga rokok dinaikkan seperti di luar negeri dan dipersulit kalau mau beli. Saat ini aku perhatikan mudah sekali membeli rokok di warung dan minimarket. Udah gitu bisa beli satuan juga. Ini juga sih yang bikin banyak remaja dan anak-anak jadi tergoda untuk mencoba.
Aku ga suka dengan perokok. Jadinya krna alergi aku, makanya akhir-akhir ini kalau ada yg ngerokok aku ngehindar, daripada alergi kambuh. Untungnya suami juga bukan perokok
BalasHapusPaling sebel kalau ada yang merokok di tempat umum. Dia ga tau kalau asap hasil rokoknya bisa menyakiti orang lain. Atau mungkin tau tapi ngga peduli?
BalasHapusAyahku nggak ngerokok. Nah aku liat juga kakak dan adik laki-laki aku juga nggak pada ngerokok. Pun ngerokok faktor luar juga pengaruhnya gede banget. Selain anak muda sasaran ini juga harus sampai pada para dokter, ustad & ulama karena banyak juga yang masih merokok.
BalasHapuspaling kesel kalau ngeliat orang dewasa ngerokok di depan bayi dan anak!
BalasHapusSampai hari ini aku masih terus berada dalam lingkungan para erokok aktif. Sudah berkali-kali diperingatkan untuk berhenti, minimal kurangi dulu. Nanti kusuruh mereka baca tulisan Kak Satto ini, biar mereka henponnya pada canggih ga cuma abis buat asap aja.
BalasHapusAku paling sebel sama orang yang ngerokok di sembarang tempat, udah di tegor ehhh malah dia yang lebih galak hahaha. Harapan saya sih semoga rokok itu mahal bangettt jadi kalau mau ngerokok pikir ulang.
BalasHapusHarga rokok sekarang naik 5000 perbungkus . Biarpun naik masih banyak peminatnya.
BalasHapusSepertinya udah nggak ngaruh kalau gambar peringatan diganti berkali-kali juga. Sosialisasi bahaya rokok lebih efektif jika menyasar perokok pemula yg usianya relatif muda..
BalasHapusAku perokok pasif, apalagi kalo dah di kantor, ngebuul semuaa. Manteman dekat pun perokok, tapi ya udah pada gede tau mana penyakit dan ga. Giliran ada yg sakit jantung karena merokok, aku bilang "derita loe" bhuahaha puas.
BalasHapusDokter Adhi mantan temen sekerja di RSKO dulu
BalasHapusKalau sudah kecanduan rokok, biasanya susah dibilangin kerugian merokok. Saya mengalami hal tersebut, sering disangkal ketika menunjukkan fakta sisi negatif merokok.
BalasHapusKudunya mah harga rokok dinaikin banget/dimahalin. TITIK.
BalasHapusAlhamdulillahnya suami ku tidak merokok, memang dari dulu aku tidak suka dengan cowok yang merokok karena alm.papa aku meninggal salah satunya karena rokok yang menggerogoti tubuhnya.
BalasHapusbagus banget ini bahasannya, mesti disodorin ke yg ngeroko biar terbuka pikirannya 😅
BalasHapusYang pasti ROKOK merusak kesehatan dan ga ada gunanya,, uang kok di bakar-bakar ya... Bayangkan harga rokok paling muran 12.000 kalau sehari 2-3 bungkus bisa dihitung uang yang dibakar ada berapa sebulannya. Kalau ditabung bisa jadi gaji 1 bulan itu.. Bisa buat biaya umroh kalau terus ditabung bukan hanya sekedar dibakar dan merusak tubuh diri sendiri dan orang sekitar.
BalasHapusbapakku perokok berat, sehari bisa 3 bungkus, efeknya puluhan tahun kemudian ke ibuku ... gara2 bapakku merokok, ibuku sakit paru2 padahal ibuku gak pernah sakit aneh2 + penganut gaya hidup sehat ... selama 6 bulan sakit ibuku hanya bisa rebahan di kasur, sayangnya bapakku belum bisa lepas dari rokok
BalasHapussetuju dengan rokok itu adiksi
Rokok memang jadi racun ga cuma untuk diri sendiri tapi juga orang-orang disekitar si perokok. Setuju banget kalo harga rokok dinaikan, supaya ga mudah membeli rokok terutama untuk remaja2.
BalasHapus