Artikel Populer Bulan Ini

Stop Iklan Rokok, Stop Jadikan Rakyat Indonesia Korban Produsen Rokok Dunia

Haiii Friends,..! Apa kabar..? semoga kita semua diberikan kemudahan dan kesehatan.

Jumat 10 Februari 2017 lalu, saya berkesempatan hadir di acara Ngobrol bareng Moza Paramita buat ngebahas Stop Iklan Rokok. Acara yang berlokasi di Wyl’s Kitchen, Veranda Hotel Jakarta Selatan ini juga dihadiri oleh Sarah Sechan (public figure), RTS Masli (praktisi periklanan), Ekki Soekarno (musisi) dan Muhammad Joni (advokat).

Yang menjadi tema besar pada acara ini adalah, kenapa kita harus Stop Iklan Rokok.

Kehadiran public figure, musisi, praktisi periklanan dan advokat dalam bincang bareng Moza Paramita, memberikan gambaran betapa masifnya iklan rokok di sekitar kita.
Pernah dengar Phillip Moris? Adalah perusahaan besar rokok asal Amerika yang terkenal dengan produk Marlboro yang berdiri sejak tahun 1924. Dan sejak 2005, Philip Morris berhasil kuasai 97 persen saham Sampoerna. Hhmm…, kenapa ya mereka mau membeli salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, padahal mereka sudah mempunyai brand dunia sekelas Marlboro?.

Karena secara pengembangan bisnis, Philip Morris dan Marlboronya sudah tidak bisa berkutik di Amerika. Penjualan mereka terus turun karena kebijakan rokok yang semakin ketat dan tingkat kesadaran akan kesehatan masyarakat Amerika yang semakin baik.

Pembatasan ruang bagi perokok dan industrinya di Amerika semakin mempersulit produsen rokok, sehingga memaksa para pelaku bisnis untuk mencari pangsa pasar baru.
Dan mangsa itu adalah negara berkembang seperti Indonesia, dan bisa jadi tagline Marlboro yang terkenal, “Come to where the flavor is” sudah tidak pantas lagi merujuk ke Amerika, tapi sudah lebih pantas diarahkan ke Indonesia.

Negara Marlboro bukan lagi Amerika, tapi Indonesia, ya Indonesia negara kita tercinta.

Tapi anehnya, pemerintah, anggota dewan dan sebagian besar masyarakat Indonesia seakan tidak sadar bahwa kita sedang dipermainkan oleh para industri rokok dan dijadikan “hewan kurban” demi kepentingan korporat asing.

Kita tidak akan bisa secara frontal melarang orang terdekat kita untuk tidak merokok, karena rasa candu yang sangat besar justru membuat perokok untuk terus  melakukan pembenaran bahwa rokok bukan masalah serius bagi kesehatan. 

Mereka juga mungkin belum sadar atau pura-pura tidak sadar, asap rokok tidak hanya secara perlahan membunuh mereka sendiri, tapi juga membunuh orang-orang terdekat yang  mereka cintai.

Sarah Sechan dan Moza Paramita mempunyai kekhawatiran yang sama terhadap dampak rokok bagi keluarga khususnya anak-anak mereka yang beranjak dewasa.
Lalu apa yang bisa kita lakukan..?

Langkah awal yang bisa kita adalah, bersama-sama dan satu suara untuk dengan tegas melarang iklan rokok, baik di televisi, radio, koran maupun media luar ruang. Karena jujur, iklan rokok sudah sangat mengotori mata kita di kehidupan sehari-hari.

Coba perhatikan, mulai dari rumah kita sendiri. Berapa jauh rumah kita dengan iklan rokok terdekat…? Kalau saya, hanya 10 meter. Begitu keluar pagar, menengok kekanan, nampak sudah iklan rokok di sebuah toko pinggir jalan.

Padahal rumah saya bukan dipinggir jalan besar atau protokol. Lain lagi cerita kalau sudah sampai ke jalan besar, iklan rokok semakin masif dan menggila. Baaaahhhh,…bayangkan gambar-gambar iklan rokok dan taglinenya yang menipu sudah merasuki alam bawah sadar anak-anak kita saat mereka baru membuka pintu pagar rumah.

Regulasi untuk pelarangan iklan rokok sebenarnya sudah lama di bahas di komisi satu DPR RI. Tapi entah kenapa sampai kini masih “njelimet”, padahal sudah jelas rokok tidak membawa dampak positif bagi kehidupan kita. 

Kalau ada sebagian orang yang bilang cukai rokok menyumbang devisa terbesar bagi negara, berarti mereka tidak pernah sadar, bahwa dana BPJS banyak terkuras (8 Trilun/tahun) untuk membiayai pasien yang mengidap penyakit akibat rokok.

Penerimaan pajak rokok tidak sebanding dengan derita yang akan dialami oleh orang-orang yang terdampak oleh asap rokok.

“Sebaiknya Baleg DPR-RI berhentilah beranomali dalam setiap keputusannya, Komisi satu sudah memutuskan dan Baleg DPR jangan “nglunjak” merubah keputusan yang sudah dibuat. Rakyat itu lebih agung daripada wakilnya”. Setidak itu yang di paparkan oleh Muhammad Joni, advokat yang hadir sore itu dan memberikan paparan mengenai UU iklan rokok kepada undangan yang hadir.

Industri rokok sangat kreatif dalam beriklan (kalau saya bilang licik). Memang sudah ada peraturan disetiap iklan rokok tidak boleh memvisualisasikan rokok dan kegiatan merokok, mereka lalu bermain dengan tagline yang membuai. Sasarannya adalah remaja.

Dilevel bawah, atau penjual rokok. Para produsen ini pun punya banyak strategi, salah satunya memberikan sembako jika berhasil menjual rokok dalam jumlah tertentu.

Cara persuasif industri rokok dalam memasarkan produknya semakin pintar, mereka membidik target pasar mereka dalam jangka panjang. Tidak hanya satu atau dua tahun kedepan, tapi mereka membidik pasar 10 tahun kedepan. Setidaknya itu yang bisa saya tangkap dari penjelasan RTS Masuli sebagai orang yang sudah terjun di dunia periklanan selama 10 tahun.

Masih ingat video viral beberapa tahun lalu yang menjadi perbincangan dunia internasional, ketika di Sumatra ada anak balita berumur 2 tahun sudah lihai merokok?. Ini hanya contoh kecil.

Sebagai praktisi periklanan, RTS Masuli pun pernah menggarap iklan brand rokok, dan dia menceritakan bahwa setiap iklan brand rokok itu hanya memperlihatkan kenikmatan semu, misalnya kalau merokok Marlboro kita jadi seperti cowboy, atau kalau kita menghisap Sampoerna Mild kita jadi generasi muda yang baru dan keren.

Tapi tidak satupun iklan rokok memperlihatkan akibat nyata dari merokok itu sendiri. Dan ini tidak fair.
Rokok memang begitu mudah ditemui di Indonesia, disinilah surga bagi pebisnis rokok dunia untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Dengan penegakan hukum yang masih bisa di “kompromikan” membuat mereka semakin leluasa bergerak.

Semua bisa keren tanpa rokok, kalau belum bisa melepas rokok seperti Ekki Soekarno, setidaknya mari kita dukung larangan iklan rokok diruang publik.
Sebagai seorang ibu, Moza Paramitha dan sarah Sechan punya kepedulian yang kuat mengenai masalah rokok ini. Moza Paramitha bisa secara extreme melawan keberadaan rokok, pun juga dengan Sarah Sechan.

Bahkan Sarah Sechan rela menolak tawaran menjadi MC sebuah acara ghatering perusahaan rokok, ini semua dilakukan demi Rajata, anaknya yang sudah beranjak dewasa.

“Saya hanya ingin mengajarkan prinsip kepada anak saya yang sudah mulai besar”. Ujar Sarah Sechan.
Melawan perusahaan rokok memang tidak mudah, bahkan bisa dibilang cukup berat. Biaya mereka seakan tak terbatas, mereka bisa saja mensponsori dana sebuah kegiatan secara penuh asal nama brand mereka ikut tercantum di event tersebut. Bahkan dalam event olahraga sekalipun mereka mudah sekali menggelontorkan dana. Anda pasti bisa sebutkan event apa sajakah yang saya maksud.

Tapi apakah benar, kalau kita ingin membikin event besar kita harus gandeng perusahaan rokok selaku penyandang dana.

Tidak harus perusahaan rokok, karena masih banyak brand seperti Bank, produsen minuman, sepatu dan masih banyak lagi yang bisa mensponsori sebuah event. Tentunya event itu mempunyai value yang sesuai dengan brand tersebut.

Contoh Ekki Soekarno dengan Indonesia Drum and Percussion Festival 2017. Sudah jadi rahasia umum kalau event musik terasa lebih pas kalau disponsori oleh rokok.  Tapi tidak dengan Indonesia Drum and Percussion Festival 2017, mereka tidak disponsori oleh produsen rokok. Bukannya tidak ada yang mau mensponsori, tapi lebih kepada tanggung jawab moral penyelenggara terhadap para peserta yang hadir.

Karena peserta Indonesia Drum and Percussion Festival 2017, tidak hanya dihadiri oleh musisi dewasa, tapi juga musisi muda berbakat yang masih dibawah umur. Jadi agak aneh kalau ada pesertanya anak dibawah umur, tapi acaranya disponsori oleh produsen rokok.  Ekki memberikan alasan.

Yang pasti, sebesar apapun dana yang produsen rokok punya,  mereka tidak akan bisa membungkam mulut para aktifis untuk terus menyebarkan dampak rokok dan meneriakkan untuk stop iklan rokok di segala media, demi masa depan kita yang lebih baik.

Saya tidak akan mencari konfrontasi kepada saudara dan teman-teman saya yang merokok, Silahkan merokok di tempat yang sudah diberikan dan berikan ruang bagi kami yang tidak merokok agar tidak terpapar asap rokok.  Tapi kita harus satukan pikiran, kuatkan tenaga untuk melarang iklan rokok diruang publik demi masa depan anak-anak kita. 

Untuk keluarga dan anak-anak kita nanti

Komentar

  1. Daku juga bingung dengan fenomena rokok masih merajalela. Stop iklan rokok

    BalasHapus
  2. Rokok itu masalah kita bersama, kalo cuma di atasi sama segelintir orang gak akan bisa

    BalasHapus

Posting Komentar

Yesss, Terima kasih sudah membaca dan sampai dihalaman komentar
silahkan komentar atau kritik dengan bahasa yang positif.
Jangan tinggalkan link hidup, saya akan berusaha untuk mengunjungi blog teman-teman semua.

Paling Banyak di Baca