Artikel Populer Bulan Ini
Terminal 3 Soekarno-Hatta Titik Awal Telusuri Keragaman Indonesia
Indonesia mempunyai banyak ragam budaya. Dari pojok Aceh
sampai ujung Papua, kaya dengan keindahan seni khas daerah dan itu tidak
terbantahkan.
Sebuah tantangan bagi sebuah bangsa untuk memperkenalkan seni budaya dan identitas karakter masing-masing kota atau negara. Salah satu caranya memajang karya seni di ruang publik seperti bandara/airport.
Sebuah tantangan bagi sebuah bangsa untuk memperkenalkan seni budaya dan identitas karakter masing-masing kota atau negara. Salah satu caranya memajang karya seni di ruang publik seperti bandara/airport.
Petugas kebersihan terminal 3 Soekarno-Hatta sedang membersihkan kaca yang terdapat di area Boarding Room |
Konsep menghadirkan karya seni di ruang publik khususnya
Bandara, sebenarnya bukan hal yang baru. Setidaknya bisa kita lihat di Mumbai,
Singapura sampai ke Dubai. Karena jelas disadari bahwa bandara merupakan tempat
lalu lalang manusia dari berbagai latar belakang budaya dan ini bisa
dimanfaatkan sebuah bangsa sebagai
perkenalan awal bagi para pelancong. Dan menurut saya Bandara Terminal 3 ini bisa menjadi titik awal agar para pelancong lebih awal mengenal Indonesia.
Dan inilah yang menjadi dasar pemikiran PT.Angkasa Pura 2
saat mengajak para seniman untuk menghadirkan karya-karya mereka di lokasi
strategis area terminal 3 baik di dalam ataupun media luar ruang. Setidaknya
lebih dari 10 hasil karya para seniman Indonesia hadir untuk menghiasi terminal
3 Soekarno-Hatta memberi warna dan jadi salah satu bentuk apresiasi pencapaian
kreatif para seniman.
Medio Juli 2016 lalu, saya diberi kesempatan mengunjungi
terminal 3 Soekarno-Hatta. Terminal yang rencananya akan beroperasi saat musim
lebaran 2016, ternyata diundur menunggu persetujuan dari kementerian
perhubungan.
Memang terminal 3 masih dalam proses finishing. Masih
terlihat sisa-sisa material bangunan di sana-sini, pekerja proyek yang
wara-wiri, beberapa papan petunjuk yang
masih harus di perbaiki, beberapa sudut masih ada papan pembatas untuk menutupi
pekerjaan proyek yang belum terselesaikan bahkan saya melihat ada sebuah
bangunan yang sudah berdiri tapi terpaksa dipindah.
Di area dropzone, saya belum melihat karya para seniman.
Bukannya tidak ada, rencananya di depan terminal yang mempunyai luas 422.804m2
akan ada patung Garuda karya Nyoman Nu Arta setinggi 18 meter.
Saat menjejakkan kaki pertama kali di lobby, jujur lobbynya
terlihat lapang dan lebih lebar dibanding terminal terdahulu.
Melangkah masuk ke area check-in terminal 3, makin terlihat
luas dan megah. Nuansa warna silver futuristik dan coklat tua berpadu padan di
counter check-in. Sentuhan nusantara mulai terlihat, Setidaknya di atas bagian
counter check-in ada ornamen-ornamen mewakili berbagai daerah nusantara seperti
Kalimantan, Papua dan pulau Jawa. Bahkan
di toilet pun terdapat semacam grafis batik pada kaca di depan urinoir.
Area check-in terminal 3 sepertinya sengaja di buat lebih
luas karena rencananya para pengantar di ijinkan untuk bisa mendampingi calon
penumpang sampai ke titik point ini. tidak seperti terminal sebelumnya yang hanya bisa mengantar sampai pintu depan.
Salah satu Area Check-in Island E. Dengan luasnya area ini, semoga bisa mengurangi anntrian di saat musim liburan tiba |
Tidak seperti di terminal 1 dan 2 dimana counter checkinnya
di buat memanjang, kalau di terminal 3 counter check-in berbentuk kotak yang di
sebut Island. Setidaknya ada 6 island, dan masing-masing island kurang lebih
ada 26 counter check-in di tambah 2 mesin auto check-in. Kalau lihat posisi
counter check-innya saya jadi teringat salah satu di bandara internasional yang
ada di Indonesia, kalau tidak salah Bandara Hang Nadim Batam.
Yang jadi nilai minusnya adalah, ruang shalat yang berada di
area check-in terbilang kecil, mungkin hanya bisa untuk 15 orang. Selain itu
tempat wudhu tidak terlalu efisien jarak antara pembatas saluran air ke kran
sangat jauh, cukup menyulitkan bagi saya. Semoga AP 2 segera merenovasi
musholla ini agar lebih nyaman.
Untuk sektor keamanan terminal 3 mengadopsi system ASS
(Airport Security System), dimana CCTV bisa mengenali wajah seseorang yang
sudah menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang) oleh pihak berwajib. Kalau saja
system ini akurat, tentu saja ini bisa menjadi pencegahan terakhir bagi
penjahat yang ingin melarikan diri dari wilayah Indonesia. CCTV ini tersebar di
area terminal 3, ada beberapa CCTV yang
tingginya tidak lebih dari 3m. Memang terlihat mencolok tapi menurut saya ini
adalah psywar bagi orang jahat, siapa yang tidak grogi kalau di depannya
jelas-jelas terlihat ada CCTV yang memantau.
Boarding room yang nyaman dengan jajaran sofa empuk |
Turun keruang tunggu atau boarding room, kesan mewah makin
terasa, jajaran sofa berwarna, biru, hijau, kuning tertata rapi sepanjang
boarding room. Selain itu juga, di area ini terdapat semacam meja kerja lengkap
dengan aliran listrik, saya yakin ini akan jadi tempat favorit para penumpang
yang sedang dikejar deadline kerjaan sambil menunggu pesawatnya take off.
Sebenarnya ada playground di boarding room, Namun ukurannya
tidak terlalu besar. Kalau saja ukuran dan jumlahnya bisa ditambah pasti akan
lebih berfungsi maksimal. Karena terminal 3 mempunyai total 28 gate, terbagi
menjadi 18 gate untuk domestic dan 10 gate untuk internasional, setidaknya menurut saya minimal ada 4 playground yang disediakan.
Meja kerja lengkap dengan daya listrik, bisa jadi tempat favorit |
Untuk fasilitas musholla di sini lebih luas, setidaknya bisa
menampung kurang lebih 100 orang, walau menurut saya masih kurang mengingat
target penumpang 25jt penumpang pertahun, berarti akan ada 70.000 orang/hari
atau 2900 orang/jam, kalau setengahnya adalah penumpang yang akan take off
berarti dalam sejam akan ada 1500 orang
yang berada di boarding room terminal 3 ini.
Yang membuat terminal 3, berbeda ketimbang terminal
sebelumnya adalah. Di boarding room kita bisa melihat langsung kegiatan di
landasan pacu. Tentu ini sedikit membuang rasa jenuh disaat menunggu instruksi
masuk kepesawat. Terlebih lagi jajaran hasil karya kreatif para seniman
Indonesia terpajang, sepanjang boarding room.
Sayangnya tata letak lampu terminal 3 di beberapa titik
agaknya mengganggu bagi pecinta selfie. Lampu yang digunakan seperti model
lampu sorot, jadi kalau kita foto dan kebetulan di belakang kita ada lampu
sorot tersebut maka akan ada daerah yang washout/over pencahayaannya. Mungkin kalau
lampunya disembunyikan pencahayaannya akan jauh lebih rata, sehingga hasil
fotonya akan maksimal.
Toh dengan penumpang berselfie dan mendapatkan foto dengan
hasil yang maksimal bisa jadi ajang promosi tak langsung bagi terminal 3
Soekarno-Hatta bukan?
Lampu sorot yang menurut saya agak mengganggu, terlebih posisi arah cahanya horizontal |
Lorong kedatangan dilapisi karpet, sehingga membuat nyaman saat kita berjalan setelah lelah berada di pesawat |
Sebuah karya seni yang kental dengan identitas budaya Indonesia menyambut tamu yang datang di Terminal 3 Soekarno-Hatta |
Sebuah karya ilusi optik dari Galam Zulkifli Seniman kelahiran Sumbawa |
Siapkah Terminal 3 Soekarno-Hatta Saingi Changi?
Kalau dibilang siap, kita harus siap. Hanya pecundang yang pulang sebelum berperang.
Tapi bisakah kita mengungguli atau melampaui Changi.?
Itu pertanyaan yang agak susah di jawab, saya lebih suka menyebut bahwa kehadiran terminal 3 akan mengganggu atau membawa dampak berkurangnya kesibukan bandara Changi di masa yang akan datang.
Ada beberapa faktor yang membuat terminal 3 sulit melampaui kehebatan Changi:
Tapi bisakah kita mengungguli atau melampaui Changi.?
Itu pertanyaan yang agak susah di jawab, saya lebih suka menyebut bahwa kehadiran terminal 3 akan mengganggu atau membawa dampak berkurangnya kesibukan bandara Changi di masa yang akan datang.
Ada beberapa faktor yang membuat terminal 3 sulit melampaui kehebatan Changi:
1. Singapura konsisten membangun Changi Internasional
Airport yang dibuka untuk publik pada tahun 1981. Sementara Soekarno-Hatta baru
beroperasi tahun 1985. Dari umur kita sudah kalah. Apalagi dilihat dari segi
jumlah. Dari kurun waktu lebih 30 tahun, Singapura hanya fokus di satu bandara.
Bagaimana dengan Indonesia?, saat ini setidaknya kita sudah punya 24 bandara
internasional di seluruh penjuru negeri. Dan semua bandara itu harus berjalan maksimal.
2. Untuk kapasitas penumpang pertahun Changi Airport saat ini bisa
menampung 82jt penumpang, sedangkan Bandara Soekarno-Hatta jika semua
revitalisasi terminal selesai maka hanya siap menampung 62jt/tahun (Terminal1
19jt/tahun, terminal2 19jt/tahun dan terminal3 25jt/tahun). Masih tertinggal
20jt
3. Biaya pembangunan Terminal 3 kalah jauh dengan Changi
Airport. Total investasi AP2 untuk terminal 3 adalah 7 triliun. Sedangkan
Changi menghabiskan 14 triliun hanya untuk membangun kubah raksasa berbentuk
donat yang di kenal dengan Jewel Changi
Airport dan sejatinya akan beroperasi 2018.
Dari data itu saja mungkin akan sulit bagi terminal 3 untuk
melampaui Changi, optimis terbesarnya adalah terminal 3 sebagai airport transit
bisa mengambil “kue” Changi airport.
Bagaimanapun juga kita harus bangga dengan terminal 3 dan berharap terminal 3 bisa jadi pilihan bagi maskapai yang ingin transit untuk melanjutkan perjalan ke Australia atau ketujuan lain. Terlebih lagi terminal 3 sudah bisa untuk pesawat berbadan lebar. Kalau bisa di Terminal 3 Soekarno-Hatta, kenapa harus ke Changi?.
Bagaimanapun juga kita harus bangga dengan terminal 3 dan berharap terminal 3 bisa jadi pilihan bagi maskapai yang ingin transit untuk melanjutkan perjalan ke Australia atau ketujuan lain. Terlebih lagi terminal 3 sudah bisa untuk pesawat berbadan lebar. Kalau bisa di Terminal 3 Soekarno-Hatta, kenapa harus ke Changi?.
Dan tugas kita sebagai warga negara yang cinta Republik ini
adalah menjaga agar ruang publik ini bisa tetap apik dan terjaga layaknya kita
menjaga rumah kita sendiri.
Saya jadi bernostalgia, kalau dulu di film AADC Cinta mengejar Rangga di terminal 1 atau 2 bandara Soekarno-Hatta. Saya berharap sequel AADC 3 bisa syuting di terminal 3, pasti keceehh badai, mengutip tag line syahrini.
Komentar
Paling Banyak di Baca
Tips Jakarta-Bali Lewat Tol Trans Jawa Menggunakan Mobil Pribadi
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Review ASUS VivoBook X441U, Laptop Dengan Suara Menggelegar
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
ASUS INTEL Blog Competition
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Trims mas Satto, postingannya mencerahkan...
BalasHapusJadi bisa menjawab yang berkomentar "Duh kok lantainya keramik begitu sih???"
Eh helloooooo??? ini bahas keseluruhan, keramik aja dipermasalahkan. Lagian situ kenapa fokusnya keramik aja sihhhh??? Kita bikin film #AdaApaDenganKeramik" yuk...
Hahahahhaha, kita bikin hashtag #AdaApaDenganKeramik aja mbak.
HapusTerima kasih sudah mampir.
Wah poin pentingnya di bawah euy.. indonesia dari aceh sampai papua punya bandara yang harus dipelihara dan diperbaiki terus menerus. Setidaknya terminal 3 yang deket ibukota menjadi wajah baru memasuki gerbang indonesia... harus bangga sudah memilikinya... nice post..
BalasHapusYeeesssss.... Walau level bandara seluruh Indonesia masih di bawah Changi, saya masih bangga.
HapusYang penting semua tersebar merata.
Luar biasa mas satto.....
BalasHapusHiaaaaaaa mas satto tambahin satu lagi dong harapannya... Harapannya aadc tiga yang jd Rangga mas satto gitu yaaaa di terminal 3 hehehehe
Hahahhahahhaha,...udah ketua'an mbak kalo saya jadi rangga. Kalo supirnya rangga maaih mungkin.
Hapuskalau dibandingkan dengan bandara changi, yang fokusnya cuma satu, di negara tetangga, tugas Indonesia memang lebih banyak bandara yang harus 'diurusi'. Pasti bisa ...
BalasHapusLebih banyak dan lebih ngerepotin, tapi gak ada kata yang gak bisa. Kita tunggu aja mereka kehabiasan tanah.
HapusHihihihihihi
Foto-fotonya cakeeeep. 7T dg hasil seperti itu, layak kah? *serius nanya
BalasHapusUntuk luas sebesar itu, saya pikir sih layak yah, kualanamu aja ngabisin biaya 4,6T.
HapusDan kalau ada pihak yang ragu masalah layak atau tidak mending dilaporin KPK aja, biar terang benderang dan gak berburuk sangka.hihiihihihi biar pada di tangkap tuh tukang catut di bandara
Saya setuju dengan opini pertama, ini yang bikin saya tetap bangga. Bagaimanapun Indonesia menghandle jumlah bandara yang lebih dari 1 dan harus maksimal itu sesuatuuuu banget mas. Bisakah Singapura seperti ini? :D
BalasHapusDan trakir, jadi PR banget nih, semoga masyarakat Indonesia bisa konsisten dan disiplin menjaga ruang publik supaya tetap apik dan terjaga.
Itu dia mbak, Singapura bisa bikin 1 bandara mewah, tapi Indonesia bisa bikin airport tersebar di antero negeri. Dan itu keren menurut sayaahh
HapusTerimakasih
keren bngt bandara soeta sekarang...luas dan sangat bersih
BalasHapus